Cerita Warga Wonosobo Nyaris Kehilangan Rubicon gegara Dipasangi GPS Komplotan Pencuri
SEMARANG, iNews.id - Suara Triana Widodo (43) terdengar lirih saat berulang kali mengucapkan terima kasih kepada Polda Jateng. Pengusaha transportasi di Wonosobo ini merasa terselamatkan dari aksi komplotan pencuri mobil mewah.
Dia tak menyangka bahwa mobil Jeep Rubicon miliknya telah dipasangi alat GPS oleh pelaku kejahatan, setelah diberitahu oleh tim Jatanras Polda Jateng .
"Awalnya gak percaya karena sepengetahuan saya tidak ada GPS di mobil itu. Tapi setelah dibongkar rekanan bengkel, ternyata memang ada," katanya, Rabu (3/11/2021) sore.
Dia belakangan baru tahu bahwa mobil Jeep Wrangler Rubicon miliknya telah diincar pelaku setelah jajaran Polda Jateng menangkap tersangka R pada operasi Sikat Jaran Candi 2021.
Tersangka R ditangkap karena membawa kabur Rubicon milik Very Haryanto saat diparkirkan di Hunian 2 Desa Gentan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
Saat diperiksa ponselnya, pelaku telah memiliki titik koordinat mobil Rubiconnya yang diberi oleh tersangka lainnya yang saat ini mendekam di Polda Metro Jaya.
Pria akrab disapa Wiwid mengaku merasakan hal janggal sejak awal membeli Rubiconnya. Awalnya dirinya ditawari oleh temannya mobil bekas dari pabrikan Jeep lansiran tahun 2019.
"Sebelumnya tahun 2014 saya beli Mercedes Benz dari penjual yang kebetulan istrinya teman istri saya. Karena butuh uang tahun 2017 mobil itu jual. Sekitar tahun 2020 saya punya rezeki kemudian beli lagi mobil Rubicon di penjual yang sama," katanya.
Menurut Wiwid, tidak bertemu dengan penjual saat ditawari mobil Rubicon. Dirinya percaya karena sebelumnya pernah melakukan transaksi.
"Penjual menyebut bahwa Rubicon akan dibelinya NIK tahun 2019 punya seorang Jenderal. Saat itu Rubicon tersebut hanya mengantongi Form A dan plat nomor masih putih. Saya diminta membayar Rp300 juta untuk mengurus itu dan keluar pelat nomor Wonosobo," ujar Wiwid.
Kemudian, setelah diurus pelat nomor mobil itu telah jadi, dirinya langsung membayar uang muka sebesar Rp 875 juta dan mobil dikirim ke Wonosobo.
Namun baru dua hari Rubicon berada di rumahnya, Dia didatangi anggota Polres Tangerang Selatan. Ternyata mobil dikatakan curian dan akan dibawa untuk dijadikan barang bukti.
Wiwid mengatakan saat ditelusuri ternyata pemilik awal mengatasnamakan mobilnya ke orang lain . Namun pada kenyataan mobil itu digadaikan ke leasing.
"Pemilik mobil itu pun jengkel karena harus menebus mobil di leasing. Akhirnya dari leasing dilimpahkan ke saya yang tidak tahu apapun," ujarnya.
Kemudian pemilik mobil itu melaporkan ke Polres Tangsel. Agar tidak berkepanjangan, Wiwid pun langsung membeli mobil itu seharga Rp1,8 miliar di Polres Tangsel.
"Mobilnya langsung saya bayar di Polres Tangsel dan saya minta BPKB beserta kunci mobilnya. Transaksi disaksikan Kasat dan Kanit yang menangani perkara tersebut jika mobil itu tidak bodong dan ada surat-suratnya serta kedua kunci mobil. Saat itu saya mencoba starter dengan kedua kunci, dan ternyata keduanya bisa," katanya.
Setelah di cek ternyata, penjual mobil Rubicon menipunya dan mengaku memalsukan form A. Setelah itu dirinya pulang ke Wonosobo dan selanjutnya membuat laporan ke Polres tersebut karena tertipu. "Polres Wonosobo langsung memproses penjual itu," ujarnya.
Permasalahan mobil Rubicon terus berdatangan. Dirinya kembali didatangi oleh Jatanras Polda Jateng dan mengabarkan bahwa Rubicon miliknya telah terpasang GPS.
"Saya pun kaget kok ada masalah lagi. Saya ditanya BPKB dan surat mobil itu. Kemudian mencoba kunci utama beserta kunci cadangannya. Ternyata saya diberi pengertian bahwa mobil terpasang GPS," ujar Wiwid.
Setelah mengabarkan hal tersebut, dia langsung memanggil bengkel untuk melepas GPS yang ada di Rubiconnya. Pelepasan GPS disaksikan oleh anggota polisi setempat. "Setelah dicek ternyata GPS itu letak di bagian kiri di dalam dashboard mobil," ujarnya.
Wiwid berterima kasih kepada anggota polisi memberikan kabar bahwa Rubiconnya dipasang GPS oleh pelaku kejahatan. Dirinya menyarankan kepada masyarakat agar lebih berhati-hati jika membeli mobil bekas. "Masyarakat butuh polisi dan polisi harus ada di masyarakat," katanya.
Terkait pengembangan perkara tersebut, Dirreskrimum Polda Jateng Kombes Pol Djuhandani Rahardjo Puro mengatakan, pihaknya masih mendalami berbagai kemungkinan termasuk mencari bengkel pemasang alat GPS di mobil korban. Sebab pemasangan alat GPS di mobil mewah itu tanpa diketahui pemilik sahnya.
Editor: Ahmad Antoni