Dampak Kenaikan Harga Kedelai Impor, Perajin Tempe Tahu di Rembang Menjerit
Terkait ajakan menggelar aksi mogok, seperti perajin di sejumlah daerah ? Bambang mengatakan agak sulit mengkoordinasikan sesama perajin maupun pedagang, untuk kompak melakukan aksi mogok.
“Alasannya kalau nggak produksi mau makan apa. Padahal yang saya tahu bagi pengrajin atau pedagang kecil, produksi pun nggak mungkin untung, tapi malah rugi, “ ujarnya.
Ia mengatakan, mayoritas perajin tetap membuat tempe dan tahu, dengan konsekuensi menaikkan harga barang. Ia mencontohkan, tempe per bungkus isi 10, semula dijual Rp4.000, sekarang menjadi Rp4.500. Kemudian tahu per blung, semula Rp72.000, kini dinaikkan menjadi Rp85.000.
“Ya saya sendiri sudah menaikkan harga. Kalau nggak gitu rugi, bisa-bisa malah gulung tikar. Kita menyesuaikan dengan lonjakan harga kedelai impor, “ katanya.
Sebelumnya, antara tanggal 1 – 3 Januari 2021, para perajin tempe dan tahu di berbagai daerah menggelar aksi mogok. Langkah itu sebagai bentuk protes kepada pemerintah, agar segera turun tangan menangani masalah harga kedelai impor yang terus melambung tinggi di pasaran.
Editor: Ahmad Antoni