Dieng Kembali Membeku, Suhu Minus 3 Derajat Celsius

Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Sutikno, secara klimatologis, embun upas bisa terjadi karena disebabkan tekanan udara pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) lebih tinggi di Benua Australia (tekanan tinggi) dibandingkan Benua Asia (tekanan rendah).
Angin yang berhembus dari Australia menuju Asia melewati Indonesia umumnya menandai dimulainya periode musim kemarau seiring dengan aktifnya monsun Australia.
“Pada musim kemarau, tutupan awan sangat minimum, sehingga tidak heran jika pada siang hari, matahari akan terasa sangat terik diiringi dengan peningkatan suhu udara,” kata Sutikno.
“Hal tersebut karena tidak ada objek di langit yang menghalau sinar matahari, sehingga penyinaran matahari yang merupakan gelombang pendek menjadi maksimum pada siang hari. Sama halnya dengan siang hari, radiasi yang dipancarkan balik oleh permukaan bumi pada malam hari juga optimum karena langit bebas dari tutupan awan,” jelasnya.
Namun demikian menurutnya, fenomena ini bukanlah kejadian luar biasa dan umumnya terjadi di musim kemarau pada bulan Juni sampai September.
“Terkadang, fenomena ini juga terjadi pada bulan Mei, namun mulai intens dan sering diamati mulai bulan Juni dan puncaknya di bulan Agustus,” ujarnya.
Editor: Ahmad Antoni