Fasilitator KLA Jateng: Media Sosial Berpengaruh pada Anak Tak Memiliki Life Skill
                
            
                SEMARANG, iNews.id – Fasilitator Kota Kayak Anak (KLA) Jawa Tengah, Paulus Munjiran menyebut jika ingin menguatkan kondisi mental saat ini harus dengan bekal keterampilan atau life skill. Keterampilan menghadapi masalah atau life skill itu perlu secara berkala orang tua tanamkan kepada anak.
“Life skill penting agar anak bisa berjuang dalam kondisi apapun,” kata Paulus Munjiran dalam keterangannya Jumat (3/11/2023).
                                    Pasca pandemi Covid-19, kata dia, media sosial berpengaruh pada anak tidak memiliki life skill. Life skill merupakan keterampilan untuk menghadapi masalah dan mencoba berjuang sendiri dalam situasi sulit.
“Kita sebagai orang tua jangan hanya memberikan HP dan uang. Itu tidak cukup. Anak kita tidak punya life skill daya juang. Putus dengan pacar, sitik-sitik bunuh diri. Itu karena tidak punya keterampilan,” tegas dia.
                                    Maka, menurutnya, pemenuhan hak anak berupa informasi yang layak sangat penting. Orang tua memiliki peran untuk memberikan edukasi dan informasi serta memberikan life skill.
“Kita perhatikan medsos hari ini, semakin ke sini semakin vulgar. Anak kita mengonsumsi setiap hari. Itu punya pengaruh bagi pertumbuhan mereka. Mari jaga agar informasi yang mereka lihat adalah informasi layak bagi anak,” ujarnya.
                                    Lebih lanjut, Munjiran menyoroti kegiatan di sekolah yang begitu banyak. Ini bisa berpotensi membuat anak-anak stres.
                                    Sekolah di Semarang sudah mengusung konsep ramah anak. Seharusnya, ada upaya mewujudkan kenyamanan bagi anak saat di sekolah. Hanya saja, seiring perkembangan, banyak kebutuhan anak sekolah yang semakin kompleks hingga bisa menyebabkan depresi.
“Di Semarang punya RDRM (Rumah Duta Revolusi Mental). Kalau ada anak begitu konsultasi ke RDRM. Mendapat diagnosa depresi, akan segera mendapat rujukan ke psikolog,” ujarnya.
Sementara, Kepala DP3A Kota Semarang, Ulfi Imran Basuki mengatakan, berupaya melakukan pembinaan kepada anak-anak dengan Dinas Pendidikan.
Di sektor informal, dia menekankan peran keluarga sangat penting dalam membentuk karakter anak. Orang tua harus memiliki ilmu pola asuh atau parenting agar anak tidak sampai berbuat yang negatif.
“Banyak anak-anak berani dengan orang rua, berani dengan guru, kasus membacok guru, melawan bullying. Kita sepakat bahwa ilmu komunikasi orang tua dan anak penting. Kalau tidak biasa curhat dengan ortu berbahaya. Kasus bunuh diri itu komunikasi tidak efektif di keluarga,” ujarnya.
DP3A, kata Ulfi, memiliki forum anak. Forum ini dibentuk agar anak-anak memiliki saluran berkegiatan positif dengan bimbingan tokoh masyarakat.
Editor: Ahmad Antoni