get app
inews
Aa Text
Read Next : 3 Jalur Tikus Boyolali-Magelang Bisa Hemat Waktu Tempuh Hingga 45 Menit

Gagal Berangkat Haji, Tukang Parkir Ini Ikhlas Ibadahnya Tertunda

Kamis, 04 Juni 2020 - 10:00:00 WIB
Gagal Berangkat Haji, Tukang Parkir Ini Ikhlas Ibadahnya Tertunda
Sri Suharto saat memarkir kendaraan (Foto: Okezone/Bram)

BOYOLALI, iNews.id - Pandemi Covid-19 menyebabkan ibadah haji 2020 di Indonesia dibatalkan. Kabar ini pun memupuskan impian Sri Suharto (66), warga Boyolali yang sudah 15 tahun menabung untuk pergi ke tanah suci bersama istri tercinta Suminem.

Awalnya, secercah harapan berangkat menunaikan ibadah haji muncul saat new normal hendak diberlakukan oleh pemerintah. Namun, harapan itu sirna, saat Kementerian Agama memastikan tidak akan menyenggarakan keberangkatan jamaah haji tahun 2020 ini ke tanah suci, kebijakan pemerintah Arab Saudi menyusul pandemi Covid-19.

Padahal, selama 15 tahun, Sri Suharto mengumpulkan uang dari hasilnya sebagai tukang parkir. Setiap hari, receh demi receh dikumpulkan Harto panggilan akrabnya untuk mewujudkan mimpinya menunaikan rukun Islam yang ke lima yaitu Ibadah haji.

"Setiap hari selama 15 tahun saya mengumpulkan uang dari parkiran. Ya, kadang kalau saya dapat Rp100.000, yang Rp75.000 saya tabungan. Sisanya To Rp25.000 untuk kehidupan sehari-hari," papar Harto di kediamannya, RT 5 RW 1 Ngemplak, Boyolali, Rabu (3/6/2020).

Uang yang dikumpulkan setiap hari itu, selalu ditabungkan ke bank seminggu sekali. Dalam seminggu, Harto mampu menabung sebesar Rp500.000, kadang Rp1 juta.

"Seminggu sekali saya setorkan ke bank untuk ditabung. Seminggu kadang saya menabung Rp500.000, kadang Rp1 juta," ujarnya.

Harto mengaku tak tahu mengapa dirinya ingin sekali pergi menunaikan ibadah haji. Keinginan untuk pergi haji dengan sang istri timbul dengan sendirinya.

"Kalau ditanya sejak kapan saya ingin pergi haji, ya sejak awal saya jadi tukang parkir. Tidak tahu kenapa kok pengen sekali pergi haji. Keinginan itu muncul dengan sendirinya sejak saya jadi tukang parkir selama 15 tahun," ucapnya.

Hingga akhirnya, pada tahun 2011, Harto memberanikan diri mendaftar pergi haji. Dan pada 2020 ini, dirinya akhirnya mampu melunasi kekurangan biaya pergi haji.

"Saya resmi mendaftar itu pada tahun 2011. Dan bulan Februari tahun 2020 saya diminta untuk melunasinya. Dan Alhamdulillah saya mampu melunasi kekurangan biaya pergi haji. Kalau satu orang Rp36 juta, dua orang Rp72 juta," paparnya.

"Soalnya kalau belum Rp25 juta, saya belum bisa dapat kursi gitu. Terus saya nabung terus, saya kejar agar saya bisa dapat dua kursi bersama istri," ucapnya.

Tekad Harto untuk tetap pergi menunaikan ibadah haji sudah bulat. Meski tahun ini dirinya tidak bisa berangkat haji, Harto mengaku bisa menerima dengan ikhlas lahir dan batin.

Meskipun segala persiapan, termasuk ikut manasik, dan olah raga fisik di stadion Manahan, Solo selaku dilakukan. Karena keiklasan itu, Harto mengaku tidak akan mengambil uang haji yang sudah disetorkan. Dia ternyata masih ada sisa uang di tabungan sebesar Rp7 juta.

"Saya ikhlas lahir dan batin tidak jadi berangkat tahun ini. Dan saya tidak akan mengambil uang saya ditabungan. Saya Alhamdulillah masih ada sisa kelebihan tabungan itu sebesar Rp7 juta. Jadi itu yang saya pakai untuk biaya hidup," katanya.

Diakui oleh Harto, sempat ada rasa minder pada dirinya. Pasalnya, di kelompok Amal Syuhadaq, hanya dia yang tukang parkir. Kebanyakan dikelompok pengajiannya itu rata-rata berprofesi sebagai pedagang dan saudagar.

"Tapi semangat istri saya itulah mendorong semangat saya. "Awak dewe ora duwe sangu Yo Ben. Niate ibadah, pengen selamat dunia akhirat (kita tidak punya uang ya tidak apa-apa. Niat ibadah, Ingin selamat dunia akhirat)," ucap Harto mengulang semangat yang selalu diberikan sang istri pada dirinya.

Apalagi dirinya teringat akan anak keduanya yang meninggal dunia usai di wisuda. Karena itulah dirinya ingin sekali mendoakan almarhum putranya dari tanah suci.

"Saya punya anak dua. Yang kecil meninggal karena kecelakaan usai diwisuda tahun 2006. Sedangkan yang satu sudah menikah, cucu saya dua," katanya.

Harto menceritakan, meskipun masa penantian selama 9 tahun (sejak awal mendaftar di tahun 2011), tertunda karena Pandemi Corona, dirinya tidak pernah mimpi berangkat ke tanah suci. Meskipun satu kali dirinya pernah bermimpi dibangunkan dari tidurnya oleh sosok orang tua.

"Kalau sampai terbawa mimpi untuk segera berangkat, tidak pernah. Tapi saya pernah bermimpi seperti dibangunkan sama sosok laki-laki tua. Laki-laki tua itu ngomongnya gini 'leh tangio, siap-siap' terus saja jawab 'inggih mbah kulo nyuwun pengestunipun'' dan terbangun dari tidur," ujarnya.

Editor: Nani Suherni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut