Ganjar Malu dan Bersalah karena Perkantoran di Pemprov Jateng Belum Terlalu Ramah Disabilitas

SEMARANG, iNews.id - Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengaku merasa malu dan bersalah. Hal itu karena dia menyadari masih banyak perkantoran di lingkungan Pemprov Jateng yang belum terlalu ramah untuk penyandang disabilitas.
“Ini butuh teknologi dan pengetahuan bahwa mereka (disabilitas) kerja dimana pun oke. sesuai dengan kondisi masing-masing. Kesetaraannya, aksesabilitasnya itu mesti diberikan,” kata Ganjar, Rabu (6/10/2021)
“Maka beberapa kali saya coba membuka tempat magang ke kantor pemprov, saya ketemu dengan kawan-kawan kemarin ada dari kawan tuli mahasiswa yang magang di Jateng, ke humas. ternyata saya belajar lebih banyak,” katanya.
Ganjar mengatakan ruang-ruang kerja dituntut makin inklusif di tengah pandemi Covid-19. Maka kesempatan untuk memberikan kesetaraan bagi penyandang disabilitas juga semakin luas.
Hal itu disampaikan Ganjar dalam sambutannya secara virtual di Konferensi Nasional: Sebuah Inisiatif Ketenagakerjaan dan Kewirausahaan Inkusif. Dia mengatakan, pandemi memaksa seluruh komponen mencari cara baru dalam bekerja.
“Semua harus work from home, stay at home, maka banyak kawan-kawan yang punya talenta untuk bisa melakukan pekerjaan sendiri, bahkan berproduksi dalam komunitas kecil,” kata Ganjar.
Dari keadaan yang serba penyesuaian, dia melihat dan mendengar sendiri banyak penyandang disabilitas yang bisa memproduksi barang dengan bagus.
“Termasuk kawan-kawan yang ingin bekerja di dalam lapangan kerja yang makin hari makin inklusif, sehingga keterlibatan kawan-kawan para penyndang disabilitas juga bagus,” ujarnya.
Terkait ini, Ganjar mengaku terus mengumpulkan masukan. Para penyandang disabilitas, kata Ganjar, dapat bekerja di berbagai bidang sesuai dengan jenis disabilitasnya.
Contohnya, lanjut dia, difabel netra. Ganjar menyebut mereka ternyata memiliki potensi yang bagus yakni dalam konteks komunikasi dan daya ingat.
“Mereka ini sebenarnya menjadi petugas di call center oke. Meteka bisa kerja kok di situ, nggak kalah sama yang lain. Menjadi penulis konten, penyiar radio, tele marketing, petugas administrasi, analis keuangan, akuntan itu mereka bisa kerjakan, dan tidak kalah dengan yang lain,” kata Ganjar.
Contoh lainnya adalah difabel fisik. Ganjar mengatakan, mereka punya kelebihan secara sensorik dan terampil sehingga mereka dapat ditempatkan pada pekerjaan yang hanya perlu pelatihan.
“Umpama servis elektronik. Banyak kan sekarang handphone-nya rusak, alat elektroniknya rusak, mereka bisa kerjakan itu. Jadi pengajar, call center juga bisa, sopir motor roda tiga juga banyak, SIM D juga bisa diberikan atau petugas admin dan lain sebagainya,” kata Ganjar.
Begitu pula pada difabel lain seperti difabel tuli, difabel mental dan difabel intelektual. Dia menilai mereka punya potensi masing-masing, sehingga pekerjaannya juga bisa disesuaikan.
“Kalau kemudian kita mendampingi kawan-kawan ini, memberikan ruang pekerjaan yang lebih besar, tentu mereka akan bisa terlibat,” katanya.
Editor: Ahmad Antoni