Gebyuran Bustaman, Tradisi Perang Air Sambut Ramadan di Semarang
Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen mengatakan tradisi Gebyuran Bustaman di Kota Semarang ini layak menjadi daya tarik wisata tahunan.
"Untuk kalender wisata sudah dibicarakan Pak Kadis Pariwisata Kota Semarang, bahwa ini akan dilakukan, akan dimasukkan ke kalender wisata tahunan," kata Taj Yasin.
Usai mendapat penyambutan dari warga, wagub berkesempatan menyiram beberapa anak sebagai lambang pembersihan diri menyambut bulan suci Ramadan. Setelah prosesi gebyuran selesai, warga serempak melakukan perang air antarsesama.
Dia berpendapat, tradisi ini bisa menjadi contoh, karena mengandung pesan agar sesama manusia tidak boleh menyimpan dendam.
"Warga ini seluruhnya keluar untuk lempar lemparan air, simbol dari apa yang dilakukan Kiai Bustam, untuk memandikan cucunya. Dan yang menarik di sini adalah tidak ada yang boleh dendam, marah atau apa pun, diungkapkan di sini dan ini bentuk untuk membersihkan hati kita,” ujarnya.
Editor: Ahmad Antoni