Keluarga Pasien Covid-19 Mengamuk di RSUD Ambarawa, 2 Perawat Terluka
SEMARANG, iNews.id – Seorang keluarga pasien Covid-19 mengamuk di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Gunawan Mangun Kusumo, Ambarawa, Kabupaten Semarang. Dua perawat terluka akibat terkena sabetan gunting hingga mengalami luka robek di tangan.
Peristiwa berawal ketika RSUD Ambarawa menerima pasien perempuan berinisial NH (37) warga Pringapus. Pasien mengalami pneumonia Covid-19 dan terkonfirmasi rapid antigen dengan penurunan kesadaran dan hipertensi, Jumat (23/7/2021) dini hari.
Sekitar pukul 24.30 WIB datang dari instalasi gawat darurat (IGD) dengan kesadaran sopor terpasang NRM 15. Sebelum pasien masuk ruang isolasi, petugas rumah sakit mengeduksi ulang terkait tata tertib dan segala risiko kepada keluarga pasien.
"Keluarga tampak bimbang karena tidak diizinkan menunggu atau menjenguk pasien. Keluarga selanjutnya minta agar pasien segera diantar ke kamar," kata Manager Ruang Isolasi Anyelir RSUD Ambarawa, Meisasi Widyastuti, Sabtu (24/7/2021).
Setelah edukasi, keluarga meminta waktu bermusyawarah dan akhirnya menyetujui tata tertib dirawat diisolasi dengan mengajukan permintaan.
"Permintaannya, keluarga ingin mengakses langsung CCTV ruang isolasi, menerima laporan rutin TTV pasien, dan pasien diberi minum setiap 10 menit," katanya.
Tim medis kembali mengedukasi pihak keluarga dan menjelaskan bahwa CCTV tidak bisa diakses keluarga. Namun jika ingin menanyakan keadaan pasien, bisa langsung ke nurse station. Mendapat penjelasan itu, suami pasien menilai tata tertib tidak masuk akal dan menuding rekayasa.
Sekitar pukul 00.40 WIB, tim medis melakukan monitoring pasien. Saat itu kesadaran sopor TD 80/50. HR 120. SPO2 81 persen dan dilakukan tindakan pemasangan oksigen double NRM 15 lpm + NC 5 lpm. Hasil evaluasi, TD pasien naik 120/70. SpO2 91.
Sekitar pukul 01.55 WIB, keluarga menanyakan TTV pasien. Keluarga juga menanyakan kenapa saturasi bisa turun dan menerobos masuk ke ruang isolasi.
"Pukul 02.00 WIB, keluarga menerobos masuk, marah- marah ingin menunggui pasien dan memaksa agar dipindahkan ke IGD. Setelah berkoordinasi dengan IGD dan supervisi, pasien dibawa ke IGD lagi," ujarnya.
Selang satu jam, keluarga meminta agar pasien dipindahkan ke ruang Anyelir. Petugas kembali mengedukasi ulang kepada adik pasien terkait kesanggupan mematuhi tata tertib atau aturan di ruang isolasi. Keluarga menyatakan sanggup mematuhi.
Sekitar pukul 03.30 WIB, petugas kembali mengedukasi suami dan adik pasien di ruang IGD. Selain itu juga mengabarkan bahwa kondisi pasien kritis. Mendengar hal itu keluarga tampak bimbang. Pihak rumah sakit mempersilakan berdiskusi sampai ditemukan kesepakatan antar keluarga.
"Jam 04.30 WIB, adik beserta anggota keluarganya meminta tim medis agar pasien dirawat di ruang isolasi kembali,” ucapnya.
Sekitar pukul 10.10 WIB, pasien dibawa lagi ke ruang isolasi. Perawat kembali memberi edukasi kepada keluarga tentang kondisi pasien dan tata tertib di ruang isolasi. Pada pukul 12.30 WIB, perawat mengabarkan kondisi pasien semakin menurun, SpO2 40-50 persen dan suami pasien memahami dan menerima.
Sekitar pukul 13.45 WIB, kondisi pasien menurun dan perawat mencari keluarga di ruang tunggu tapi tidak ditemukan. Perawat Krisna menghubungi keluarga melalui telepon seluler dan informasi diterima adik pasien. Pada pukul 14.00 WIB, pasien dinyatakan meninggal.
Tak lama kemudian suami pasien datang. Dokter dan perawat memberitahu bahwa pasien tidak bisa tertolong dan memberi penjelasan tentang prosedur pemulasaraan jenazah secara protokol Covid-19. Suami pasien bisa menerima penjelasan dokter.
Namun adik pasien tidak setuju untuk pemulasaraan secara protokol Covid-19 dan menghendaki jenazah dibawa pulang serta disucikan sendiri di rumah. Dokter jaga, perawat didampingi satpam memberikan penjelasan tentang konsekuensi dan risiko jika jenazah dipulasara sendiri di rumah. Namun keluarga masih ngotot dan tidak mau menerima.
"Sekitar pukul 15.00 WIB, keluarga pasien memaksa masuk untuk melihat dan memfoto jenazah pasien di dalam ruang isolasi tapi ditahan oleh satpam. Keluarga pasien tidak terima," kata Meisasi.
Keluarga pasien diberi penjelasan bahwa nanti, salah satu keluarga diperbolehkan ikut pulasara di kamar jenazah dan akan difasilitasi memakai alat pelindung diri. Tiba-tiba salah satu keluarga pasien mengambil gunting di nurse station dan memukul-mukul meja nurse, serta mengacungkan gunting dalam posisi terbuka.
"Perawat ( Sinta Mega dan Edy Gunadi) berusaha menahan gunting agar tidak digunakan melukai orang lain. Pelaku semakin berontak dan mengakibatkan luka pada tangan kedua perawat. Pelaku diamankan oleh banyak orang dan dibawa ke Polsek Ambarawa," tuturnya.
Editor: Ary Wahyu Wibowo