SEMARANG, iNews.id - Kenapa Warteg disebut Warung Tegal? Warteg merupakan singkatan dari warung Tegal adalah rumah makan dengan tampilan sederhana, menu makanan murah, dan disukai kalangan yang umumnya berpenghasilan rendah.
Pada bagian depan warteg biasanya bercat biru yang berfungsi sebagai tempat berjajarnya aneka masakan rumah mulai dari sayur hingga lauk pauk, seperti tahu tempe, ikan, ayam, oseng-oseng, sambal ,kerupuk dan lain sebagainya.
3 Perangkat Desa di Tegal Ditahan Kejaksaan, Diduga Selewengkan Dana Desa
Selain itu, warteg juga terkenal dengan menjajakan nasi ponggol, yaitu hidangan makanan nasi putih dengan lauk makanan sambal, tahu, dan tempe yang dibungkus dengan daun pisang.
Menu tersebut merupakan makanan khas Tegal yang sudah turun temurun dan diperkirakan ada sejak setengah abad yang lalu. Karena namanya mengandung unsur nama kota yaitu Kota Tegal, warung ini dipercaya bahwa orang Tegal lah yang pertama kali membudayakan bisnis ini.
Barang Kebutuhan Pokok di Tegal Naik Harga Jelang Natal dan Tahun Baru
Dihimpun dari berbagai sumber, konon warteg mulai muncul pada tahun 1960-an saat pengelolaan infrastruktur ibu kota berjalan pesat ketika itu. Banyak warga Tegal merantau ke ibu kota untuk mencari pekerjaan sebagai kuli bangunan.
Di sela-sela waktu, para istri kuli yang sudah terlebih dulu memiliki usaha warung makan di Kota Tegal memanfaatkan waktu dan kesempatan bisnis yaitu dengan menyediakan layanan kuliner di lokasi proyek.
Jelang Natal dan Tahun Baru, Harga Semua Jenis Beras di Tegal Melonjak Tajam
Mereka mampu menjual produk makanan rumah dengan porsi banyak namun murah di sekitar area proyek untuk para kuli. Hal ini kemudian menjadi satu stereotip warteg yang dikenal publik hingga menjadi bisnis yang semakin menjamur di berbagai kota.
Harga Telur dan Daging Ayam di Tegal Melonjak jelang Nataru, Konsumen Mengeluh
Usaha warung tegal ini biasanya menjadi bisnis kelompok keluarga dengan sistem pengelolaan secara bergantian dan juga turun temurun. Ketika ayah dan ibu memiliki usaha satu warung tegal, hal ini menular kepada anak-anaknya yang juga memiliki usaha warteg.
Mereka juga tergabung dalam Perhimpunan Kowarteg (Koperasi Warung Tegal) yang bertujuan untuk menjalin kerja sama dan membantu para anggotanya melalui wadah koperasi tersebut.
Bisnis warteg kian hari dipandang sebagai bisnis yang menjanjikan bagi mayoritas orang terutama para pekerja di ibu kota. Dengan gaji yang tidak seberapa untuk memenuhi biaya hidup yang terlampau tinggi, para pekerja biasanya mengambil kesempatan untuk membuka warung tegal di kawasan industri dan area kampus.
Nah, warteg-warteg yang tersebar di sudut Kota Jakarta berawal dari kenekatan orang-orang Tegal merantau ke ibukota. Pada tahun 1970-an eksistensi warteg mulai berkembang seiring arus urbanisasi besar-besaran di Jakarta. Kehadiran warteg mewarnai kehidupan pernak-pernik kota tanpa meninggalkan keaslian budaya orang Tegal yang tinggal di wilayah Pantura Jawa.
Warga Tegal memiliki satu-satunya kemampuan yakni keahlian memasak. Kemudian kemampuan ini mereka kembangkan dengan cara membuka warteg. Bagi orang Tegal yang penting niat untuk kehidupan lebih baik.
Menjamurnya warteg di Jakarta, bahkan hingga kota penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi telah menjadi brand image yang merakyat di mata masyarakat. Efeknya beberapa daerah tetangga Tegal seperti Brebes, Pemalang, Cirebon, dan Pekalongan ikut- ikutan membuka usaha warteg di Jakarta.
Keberhasilan warteg tumbuh dan berkembang di Jakarta lantaran keberadaannya di lingkungan atau kawasan industri yang bekerja sebagai buruh bangunan, buruh pabrik, tukang becak, dan sopir bus. Namun jangan salah, kini warteg sudah menjadi alternatif pilihan makanan yang murah dan enak bagi para pekerja kantoran dan mahasiswa.
Editor: Ahmad Antoni