Kisah Aldi Dwi Saputra, Mahasiswa UNS saat Mengajar Bahasa Indonesia di Thailand

Sementara untuk dukanya, Aldi menjelaskan ketika diminta mengajar pada siswa SMA di Salihiyah School. Mengingat hal ini di luar dari agendanya. Susahnya mengajar pada sekolah tersebut karena siswa belum bisa berbahasa Melayu, Bahasa Indonesia juga tidak bisa, begitu pula dengan Bahasa Inggris. Dengan demikian, ia harus putar otak supaya pembelajaran tetap dapat dilaksanakan namun tetap disertai interaksi yang baik dengan siswa.
“Caranya dengan menerapkan metode field trip. Siswa diajak berkeliling di lingkungan sekitar. Seperti jalan-jalan ke beberapa tempat wisata sekitar, membeli thai tea dan tomyam di salah satu rumah makan di sana. Dengan memanfaatkan kearifan lokal daerah Pattani, maka pembelajaran bahasa Indonesia dasar seperti berkenalan, menyapa, dan membeli lebih mudah dan menyenangkan,” ucap Aldi.
Di sisi lain, tertariknya Aldi mengajar BIPA karena ingin bahasa dan budaya Indonesia dapat dikenal secara luas di kancah internasional. Selain itu, Aldi juga ingin program pembelajaran BIPA akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap bidang studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
“Saya ingin mengimplementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dengan magang pembelajaran BIPA di luar negeri serta ingin menyosialisasikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNS di Fatoni University,” ujarnya.
Adapun melalui kegiatan ini, Aldi berharap untuk senantiasa dapat berkontribusi dalam upaya menginternasionalisasikan bahasa dan budaya Indonesia di kancah Internasional. Selain itu, dirinya juga ingin memotivasi adik-adik tingkatnya bahwa Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia juga bisa go international melalui program BIPA.
“Terakhir pesan saya adalah Quality more than Quantitiy . Nilai-nilai di KHS kita hanya sekadar angka, dibalik angka tersebut ada tanggung jawab yaitu kualitas. Nilai dari mata kuliah di KHS akan bermakna jika diimplementasikan, diamalkan, diajarkan, dan dapat memberikan manfaat kepada orang lain,” tuturnya.
Editor: Ary Wahyu Wibowo