Kisah Berdirinya Desa Jembrak di Semarang, Awalnya Tempat Istirahat Pengikut Diponegoro

Sedangkan dalam melakukan syiar agama Islam, RM Rekso Widjojo mendirikan langgar (musala) di tempat yang jumlah penduduknya cukup banyak, yakni yang sekarang diberi nama Dusun Tegalsale. Di musala ini, RM Rekso Wijoyo mengajari masyarakat mengenai tata cara ibadah dan tuntunan agama Islam.
Seiring perjalanan waktu, ajaran agama Islam di daerah tersebut berkembang pesat. Jumlah penduduk yang memeluk agama islam terus bertambah banyak.
Selain mengajarkan agama Islam, RM Rekso Wijoyo juga membangun sejumlah fasilitas umum dan infrastruktur. Daerah tersebut tumbuh maju dan terus berkembang. Sedangkan surau yang didirikan RM Rekso Wijoyo kini telah dibangun menjadi Masjid Baitussallam.
Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya sejumlah masjid di Desa Jembrak. Sebelum RM Rekso Wijoyo wafat, beliau sempat berpesan kepada anaknya agar dimakamkan di tempat tersendiri.
Setelah RM Rekso Wijoyo wafat, masyarakat memberi nama daerahnya dengan Desa Jembrak. Ini untuk menghargai dan mengenang jasa RM Rekso Wijoyo yang telah mengajarkan agama Islam dan membangun desa.
"Nama Jembrak itu, terinspirasi dari perawakan RM Rekso Wijoyo yang berbadan kekar berambut panjang dan berewokan. Kalau terkena angin rambut dan brewok panjangnya rembyak-rembyak (menjuntai melambai-lambai). Ciri fisik RM Rekso Wijoyo akhirnya dijadikan nama desa. Itu sejarah syiar Islam dan berdirinya Desa Jembrak," tuturnya.
Kini Desa Jembrak yang terdiri dari lima dusun, yakni Godegan, Ngerangan, Tegalsari, Grompol dan Tegalsale sudah berkembang pesat. Untuk mengenang jasa RM Rekso Wijoyo atau Ki Damarjati Ali, setiap bulan Dzulkaidah warga Desa Jembrak menggelar merti desa dan selamatan di makam pendiri desa.
Editor: Ary Wahyu Wibowo