get app
inews
Aa Text
Read Next : Yopi Balingga Diserahkan ke Kejari Jayapura, Kurir Amunisi ke KKB Nduga 

Kisah Heroik Ngatijan, Prajurit Elite TNI AU Selamatkan Teman dari Pembantaian di Papua

Jumat, 25 Maret 2022 - 16:57:00 WIB
Kisah Heroik Ngatijan, Prajurit Elite TNI AU Selamatkan Teman dari Pembantaian di Papua
Prajurit Pasukan Gerak Tjepat (PGT) sekarang bernama Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI AU. Foto/SINDOnews

“Kalian siap, belum tentu kalian bisa pulang. Bisa juga pulang nama, risiko dengan segala macam kalian siap? Tanya Presiden Soekarno di Istana Negara Bogor. Suasana ketika itu langsung hening sekitar setengah menit, tidak ada yang menjawab. “Saya siap,” jawab Manuhua memecah keheningan. “Kamu siapa?,” tanya Soekarno. “Saya Lambertus Manuhua, AURI, Komandan PGT, Kompi di Margahayu,” jawab L. Manuhua. “Kamu tahu risikonya,” tanya Soekarno kembali.

“Siap” jawab Manuhua singkat. “Pulang nama?,” tanyanya lagi “Siap, untuk Indonesia saya siap mengorbankan nyawa saya,” jawab Manuhua tegas. Selanjutnya, pada 17 Mei 1962 tepat pukul 04.00 dini hari, sebanyak 119 pasukan Baret Jingga ini diterbangkan dengan menggunakan tiga pesawat Dakota C-47 dari Pangkalan Udara Laha, Ambon. Mereka rencananya diterjunkan di daerah Klamono, Sorong .

Sayangnya, hanya satu pesawat yang berhasil melakukan penerjunan pasukan PGT sebanyak 39 orang dengan Komandan Kompi LU I Lambertus Manuhua dan Danton Sersan Muda Udara (SMU) Soepangat. Sedangkan dua pesawat lainnya gagal menerjunkan PGT karena cuaca buruk dan terpaksa kembali ke pangkalan udara Laha, Ambon. Penerjunan baru bisa dilakukan dua hari kemudian yakni, pada 19 Mei di daerah Teminabuan.

Sersan Udara Satu Rebo Hartono yang ikut dalam operasi tersebut menceritakan, sebelum dilakukan penerjunan pasukan PGT terlebih dahulu diberi tahu soal operasi merebut Papua. “Siapa yang mau terjun duluan? Enggak ada yang ngacung. Lalu Pa Leo Wattimena menendang Pa Kani. He…Berangkat PGT. Pa Kani itu orang kebal. Orang-orang PGT yang kebal-kebal ada empat yaitu, Pa Wiriadinata, Pak Sukani, Pak Soeroso dan Ngatijan,” kenang Rebo dalam buku tersebut.

Saat penerjunan di Teminabuan pada dini hari tersebut, ucap Rebo, dirinya mendengar suara tembak-tembakan di bawah. Rebo sendiri mengaku jatuh tersangkut di pohon dengan ketinggian lebih dari 30 meter. Prajurit Pasukan khusus yang kenyang dengan pengalaman tempur menumpas pemberontak DI/TII, Kahar Mudzakar dan Permesta ini kemudian membuang helm dan ranselnya.

Perlahan Rebo berupaya turun ke bawah di tengah malam yang gelap gulita. Nahas, dahan pohon yang didudukinya patah. ”Saya melorot jatuh ke bawah kurang lebih 30 meteran. Kurang lebih setengah jam saya pingsan, begitu bangun saya lihat senjata masih diselempang. Di mana ini kok masih gelap? Tapi suara tembak-tembakan masih ramai,” ucapnya. Rebo kemudian berjalan ke arah kampung tak jauh dari lokasinya jatuh. 

Editor: Ahmad Antoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut