Kisah Korban Banjir Semarang, Menadah Air Hujan hingga Berangkat Kerja Numpang Truk
SEMARANG, iNews.id - Banjir yang merendam wilayah Kota Semarang menyisakan cerita sedih bagi yang mengalami. Berbagai kesulitan yang pernah dirasakan terus tertanam di benak mereka.
Selama terendam banjir, warga kesulitan mendapat air bersih. Sebab kran PDAM turut terendam banjir. Warga yang memiliki sumur juga tidak bisa mengambil air karena listrik padam. Sehingga pompa untuk menyedot air dari tanah juga tak bisa dinyalakan.
Seperti yang dialami warga Sawah Besar, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, mereka membeli seharga Rp5.000 per galon. Air hanya untuk keperluan masak dan minum. Sedangkan untuk mandi dan mencuci, mereka menadah air hujan.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, mereka juga harus berjalan menerjang banjir ratusan meter menuju pasar. Jalan tidak bisa dilalui sepeda motor atau sepeda karena ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa.
"Selama banjir, daerah kami terisolasi air. Bantuan juga terbatas,” ujar Endah (40) salah satu korban banjir.
Warga harus memenuhi sendiri dengan membeli air dan bahan makanan di warung. Selama banjir, warga juga kesulitan mengisi ulang baterai telepon seluler. Padahal, alat komunikasi sangat dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan warga dan saudara.
"Untung ada warga yang memiliki genset, sehingga bisa numpang mengisi baterai," ucapnya.
Editor: Ary Wahyu Wibowo