Kisah Lasmi Ledek Legendaris yang Mendunia Kini Terpuruk, Terpaksa Ngamen di Jalanan

GROBOGAN, iNews.id – Lasmi, seorang penari dan ledek legendaris asal Grobogan, Jawa Tengah, kini hidupnya terpuruk dan serba kekurangan. Puluhan tahun lalu, dia sempat mendunia setelah berhasil mempromosikan tarian tayub dalam ajang festival seni dan budaya tingkat nasional dan internasional.
Kariernya mulai redup setelah dia gagal menjalani suntik silikon pada hidung dan janggut. Sang ledek legendaris tersebut kini harus menghidupi diri sendiri dan orang tuanya dengan jalan mengamen dari rumah ke rumah dan pasar-pasar.
Meski demikian, ledek legendaris berusia 61 tahun yang tinggal berdua bersama ibunya di Desa Kropak, Kecamatan Wirosasi ini tetap bersemangat dalam mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri dan sang ibu.
Sementara anak semata wayang Lasmi sudah berkeluarga dan hidup di tempat lain yang jauh dari rumah sang legendaris. Lasmi menekuni kesenian bersama ayahnya sejak usia 15 tahun. Selama itu dia selalu ikut pentas sebagai sinden.
Setelah beberapa tahun menekuni sinden, Lasmi kemudian merambah ke kesenian tayub dan karienya semakin meroket. Bahkan sang ledek legendaris ini sempat mewakili Grobogan dan Indonesia dalam ajang festival seni dan budaya tingkat nasional dan internasional pada tahun delapan puluhan.
Ledek Lasmi pun mulai kebanjiran job di berbagai daerah seusai namanya dikenal di tingkat nasional bahkan internasional.
Namun kariernya mulai redup pada tahun 1990 setelah dia terpengaruh bujuk rayu periasnya untuk mempercantik diri dengan menggunakan suntik silikon.
“Saat itu sedang pentas di desa. Perias manten mendatangi saya di kamar. Dia bilang kamu artis kok irunge pesek. Lantas saya diajak suntik silicon,” kata Lasmi, Selasa (20/4/2021).
Dengan dana Rp100.000, dia kemudian menjalani suntik silikon. Beberapa tahun kemudian kondisi hidung dan janggut Lasmi mulai mengalami perubahan dan kerusakan permanen.
Hingga dia sempat mengalami depresi dan malu untuk tampil. Meski menyesal, namun Lasmi berusaha untuk tetap berkarya. Saat ini Lasmi sepi job hingga sekarang. Seluruh uang hasil kerja selama ini telah habis untuk keperluan hidup sehari-hari bersama ibu.
Bahkan seluruh perhiasan yang selalu digunakan dalam pentas habis dijual. Lasmi yang kini terjepit dalam keterpurukan ekonomi terpaksa mengamen di dari rumah kerumah dan pasar ke pasar demi bisa bertahan hidup.
“Saya ngamen, baru saja ya semenjak ada Corona. Saya dipanggil di rumah-rumah. Dulu pernah pentas di Pati, Semarang, Ngawi, Bojonegoro. Saya juga pernah rekaman, di Pak Manteb (Dalang Manteb Sudarsono),” kata Lasmi.
Dia mengatakan, dari pentas tersebut menghasilkan Rp300.000 dalam sehari. “Ya hasilnya saya bagi berdua,” katanya.
Beberapa kelompok seniman di Grobogan yang prihatin melihat kondisi ledek dan penari Tayub legendaris berusaha membantu untuk mengangkat karir Lasmi kembali.
Ketua Forum Komunikasi Pegiat Seni (Forkapi) Grobogan, Hardono mengatakan bahwa ledek Lasmi adalah tokoh seniman yang membesarkan dan memperkenalkan kesenian khas Grobogan ke kancah dunia.
“Saya berharap agar pemerintah ikut peduli dan memperhatikan tokoh seniman legendaris yang telah mengharumkan nama Grobogan, bahkan Indonesia pada umumnya yang kini dalam kondisi sangat terpuruk,” kata Hardono.
Dia mengatakan, seluruh seniman di Grobogan melarang sang ledek dan penari tayub legendaris ini untuk mengamen kembali. “Saya akan libatkan para seniman dalam setiap pentas sehingga roda perekonomian dan popularitas sang legendaris bisa bangkit kembali,” katanya.
Editor: Ahmad Antoni