get app
inews
Aa Text
Read Next : Mahasiswi asal Berau Tewas Tersambar Petir saat Mendaki Gunung Merbabu

Kisah Mistis 3 Pendaki di Gunung Merbabu, Merinding Lihat Wanita Berkebaya di Hutan Mati

Rabu, 24 Agustus 2022 - 12:20:00 WIB
Kisah Mistis 3 Pendaki di Gunung Merbabu, Merinding Lihat Wanita Berkebaya di Hutan Mati
Sirilus Alfredo Pangka, Yohanes Frumentius Angelino Pangka dan Willibrordus Endra Bima berfoto di puncak Gunung Merbabu. (foto Dok Pribadi)

SEMARANG, iNews.id – Tiga pendaki asal Semarang ini menceritakan keanehan-keanehan saat melakukan pendakian di Gunung Merbabu. Hal-hal mistis pun dialaminya saat berada di hutan mati ketika perjalanan turun gunung. 

Ketiga pendaki tersebut yakni Sirilus Alfredo Pangka (Edo), Yohanes Frumentius Angelino Pangka (Lino) dan Willibrordus Endra Bima (Willi). Edo berstatus sebagai mahasiswa di sebuah PTN di Semarang, sedangkan Lino dan Wili pelajar sekolah swasta ternama di Kota Semarang.

Ketiganya melakukan perjalanan menuju Gunung Merbabu via jalur Tekelan pada 16-17 Juli 2022.  Perjalanan dari pos 1, 2, 3 hingga pos 4 menuju puncak Merbabu dilalui mereka dengan lancar tanpa hambatan.

Kejadian atau hal aneh baru mereka alami ketiga dalam perjalanan turun atau kembali ke pos awal. “Tanggal 16 Juli saya Lino dan Edo, berangkat dari base camp jam 13.30  sampai di Pos 4 sekitar jam 17.30 sudah gelap, lalu pulang esok hari pada tanggal 17 Juli. Jalur di Tekelan terdapat kawasan hutan mati. Lino dan Edo sudah duluan di depan saya,” kata Wili, Rabu (24/8/2022).

“Saat di hutan mati saya sudah punya firasat nggak enak, sambat (mengeluh) mengucap kata nggak boleh mengumpat, saya dengar suara kayak semak-semak. Saya ingat sebagai seorang pendaki/pecinta alam bahwa kalau nemu yang begituan datangin dihampiri biar tahu itu apa, biar tidak semakin dimakan ketakutan,” katanya.

Kemudian dia nekat masuk ke hutan mati. Betapa kagetnya wili, dia melihat sosok wanita di balik pohon. Namun dia masih ragu apakah itu wanita atau bukan.

“Saya masuk ke sana, saya melihat ada seperti pohon yang jatuh di depan saya lalu ada cewek di belakang pohon. Sebenarnya cewek atau bukan nggak jelas, Cuma dari postur badannya saya bisa memastikan bahwa itu cewek,” ujar Wili,

Menurut penglihatannya, wanita tersebut menggunakan kebaya Jawa dan jarit, duduk di tempat tanah yang miring. “Waktu itu saya lihat agak lama. Saya mikir kalau dipikir-pikir agak aneh, saya sampai sekarang bertanya-tanya. Saat itu nggak takut karena saya masih bisa merasionalkan,” ujarnya.

Menurutnya, dalam kejadian yang dialami saat berada di hutan mati dan bertemu wanita berkebaya untuk penjelasan kompleksnya susah didapat. Namun penjelasan simple-nya dia menganggap bahwa sosok wanita berkebaya itu mahkluk halus.

“Saat balik ke jalur saya takutnya nyasar. Jujur saat itu saya takut disasarkan, saya kejar mereka (Edo dan Lino) kok lama, mungkin jalurnya sudah panjang. Mengecek jam nggak bisa HP saya mati, saya capek, saya pikir ini ada yang nggak beres, saya berdoa, beristirahat kemudian jalan dan ketemu Edo,” ujar Wili. 

Namun demikian, dia tak langsung menceritakan kepada rekannya apa yang telah dialami di hutan mati. “Saya langsung ingat kalau ketemu begituan di gunung nggak perlu dibahas dulu sampai turun dan pulang. Dan pada Agustus belum lama ini baru bercerita,” ujar siswa SMA Don Bosko ini.

“Dari obrolan, ternyata dia juga dengar suara teriakan cewek. Tapi sampai sekarang saya belum menemukan penjelasan kompleks apa yang saya lihat, sangat penasaran itu apa? Ya itulah kisah saya di Merbabu. Intinya di gunung jangan takabur ,jangan ngeluh, jangan ninggalin teman, kalau sendirian takut terjadi apa-apa,” katanya.

Sementara Edo mengatakan bahwa perjalanan menaiki puncak jalur merbabu via jalur Tekelan, menginap satu malam. “Kami menemukan hal-hal aneh setelah pulang dari tempat nge-camp saat perjalanan turun, pertengahan antara Pos 2-3,” kata Edo.

“Turun jam 2 di tengah perjalanan kami sempat berhenti . Ada tempat perhentian namanya Angkasa Kembar. Berhenti sekitar 5 menit, kami melanjutkan perjalanan dari Akasia Kembar memasuki hutan mati,” katanya.

Dia mengatakan, dirinya bersama Lino berjalan paling depan, sedangkan Wili jalannya paling belakang. “Kami belum terlalu jauh dari tempat pemberhentian, baru jalan sekitar 5 menit. Tiba-tiba mendengar suara cewek tertawa, kesannya kayak habis menceritakan suatu hal yang lucu, dalam pikiran saya usia muda,” ujar Edo.

“Seketika itu saya langsung berhenti sempat guyon ah itu suara ceweknya kok jelek tapi kencang. Terus kami menakut-nakuti dia, Wili itu suara apa, dia nggak dengar suara cewek. Terus kami jalan meninggalkan Wili di belakang. Akhirnya sampai Pos 2 berhenti beberapa menit terus melanjutkan sampat tempat awal,” ujar mahasiswa semester 3 ini.

Menurutnya, kejadian aneh yang dialami di Gunung Merbabu menjadi pengalaman dan pembelajaran dalam pendakian. “Dari kejadian itu sempat keluarkan kata-kata kasar secara nggak sadar sih, ya sebenarnya  sudah menyalahi etika. Mulai dari itu belajar di mana bumi berpijak disitu lah dijunjung,” ujarnya. 

Sementara, Lino mengungkapkan pada jam 03.00 WIB dia bersama kedua rekannya start sampai ke puncak triangulasi, kemudian sampai jam 11.00 WIB turun sampai ke area hutan mati sekitar jam 14.00 WIB. “Saya paling depan, Edo di tengah, Wili paling belakang berjarak 10 meter. Wili memang selalu di belakang karena belum terlalu kuat mendaki,” kata Lino. 

“Saya sama Edo berjalan berdua tiba-tiba dengar suara ketawa, otomatis berhenti. Rombongan yang lain nggak ada, cuma kita bertiga. Awalnya kita anggap biasa, tapi ketawanya kok agak serem, takut saja,” katanya.

Mendapati kejadian itu, dia dan Edo sempat menggoda Wili dengan menanyakan soal suara wanita yang serem itu. Namun Wili tak meresponnya.

“Kita jalan lagi dan sempat beristirahat, kok Wili nggak muncul-muncul hingga 15 menit. Nggak ada inisiatif kembali, kita nunggu saja. Tiba-tiba dia datang, mukanya sudah merah-merah. Saya tanya Wil kenapa apa gara-gara suara tadi ya. Dia bilang bukan-bukan. Seketika dia minta perjalanan dilanjutkan. Biasanya dia sering istirahat tapi kenapa dia minta jalan terus seolah-olah nggak punya capek sama sekali. Ekspresi ketakutan. Baru sekitar 7 hari kemudian dia ngobrol dan cerita yang dialami,” ujarnya.

Dia mengatakan, dari pengalaman tersebut dapat diambil pelajaran berharga yakni sebagai pendaki hendaknya selalu menjaga sifat dan sikap yang baik selama melakukan pendakian.

“Kalau berada di tempat mana pun nggak hanya di gunung kita harus menjaga sifat dan sikap kita terutama mulut kita apalagi kalau masih muda kadang keceplosan, ngomong kasar kalau bisa dikurangi, dimanapun situasi dan lokasinya,” ujarnya.

Editor: Ahmad Antoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut