get app
inews
Aa Text
Read Next : Siswi SMA Hilang 2 Hari di Hutan Pekanbaru, Ditemukan dengan Kondisi Syok Berat

Kisah Perempuan Tangguh Berjuang Hidup di Tengah Hutan Perbatasan Rembang-Blora

Selasa, 17 Agustus 2021 - 09:22:00 WIB
 Kisah Perempuan Tangguh Berjuang Hidup di Tengah Hutan Perbatasan Rembang-Blora
Kondisi rumah Rumpi sekeluarga di Dusun Ngotoko, Desa Pasedan, Kecamatan Bulu, Rembang. Tampak Suntari merawat neneknya yang sudah berusia lanjut.

REMBANG, iNews.id – Dusun Ngotoko, Desa Pasedan, Kecamatan Bulu menyandang dusun paling terpencil di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Lokasinya berada di tengah hutan, perbatasan antara Kabupaten Rembang dengan Kabupaten Blora

Di Dusun Ngotoko terdapat sekitar 60-an rumah. Untuk menuju ke kampung tersebut, sebagian besar harus melewati jalan terjal berbatu. Sebagian lainnya sudah dibeton hasil bantuan program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD). Kanan kiri jalan, diapit hutan lebat, wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mantingan.

Sampai di kawasan Banyubang–Ngotoko, perhatian tertuju pada sebuah rumah berdinding bambu yang posisinya agak jauh dari permukiman penduduk. Rumah ini menyendiri di dataran rendah, berhimpitan dengan lebatnya pohon jati.

Rumah berlantaikan tanah ini ditempati Rumpi, anak Suntari yang baru kelas 1 SMP dan ibunya yang sudah berusia lanjut, Sarikem. Suami Rumpi sudah lama meninggal dunia, sehingga Rumpi harus berjuang sendirian untuk menyambung hidup sehari-hari.

Perempuan itu berprofesi sebagai pencari kayu bakar atau rencek di dalam hutan. Setelah kayu terkumpul banyak, kemudian diambil oleh pengepul. Satu truk dihargai Rp600.000. Dia mengaku melakoni pekerjaan berat itu karena tidak ada pekerjaan lain.

“Ya buat belanja kebutuhan hidup mas uangnya. Ini hari nggak ada pekerjaan, selain cari kayu bakar dan merumput untuk pakan ternak, “ katanya, Selasa (17/8/2021).

Sang anak, Suntari memilih melanjutkan bersekolah di SMP N I Bulu, nantinya sambil mengenyam ilmu agama di pondok pesantren Kemadu, Sulang. Maklum, jarak rumah dengan sekolah sangat jauh, sehingga kurang memungkinkan jika harus ditempuh setiap hari.

Kebetulan pembelajaran tatap muka belum berjalan efektif, sehingga Suntari masih berada di rumah sambil membantu pekerjaan ibunya. Mulai bersih-bersih pekarangan, memasak, menemani neneknya hingga merawat ternak. “Biar beban ibu, agak ringan, “ ujarnya lirih.

Suntari sudah terbiasa berteman sepi dan kesunyian, terutama pada malam hari. Dia bersyukur aliran listrik PLN sudah masuk ke Dusun Ngotoko. Sehingga agak leluasa mendengarkan radio, sekadar sebagai sarana hiburan di rumahnya. 

Suntari ingin kelak bisa sekolah tinggi dan membahagiakan ibundanya. Bagi Suntari, sang ibu adalah pahlawan. “Cita-cita saya pengin jadi dokter. Apa pun nantinya, saya cuma ingin membahagiakan ibu dan nenek saya, “ ujarnya.

Editor: Ahmad Antoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut