Kisah Perjuangan Pedagang Tahu Udang, Awalnya Kesulitan Produksi Kini Mampu Bayar Utang
“Ternyata, antusianya luar biasa setelah ikut Lapak Ganjar. Itu, permintaan produk saya yang biasanya hanya di seputaran Semarang, Alhamdulillah, sudah lumayan ramai. Setelah ikut Lapak Ganjar memang permintaan dari luar kota meningkat,” sambungnya.
Seperti bermunculan reseller produknya dari luar kota, macam Solo, dan Cilacap dan lainnya. Tidak hanya itu, permintaan pun bertambah dari luar kota seperti Yogyakarta, Pati, Kudus, Ungaran, Salatiga, Bekasi, Bandung Jabar, Jakarta, hingga Surabaya Jatim.
“Waktu saya tanya (para reseller dan pelanggan), tahu kalau ada tahu bakso udang dari mana? Ternyata dari program Lapak Ganjar itu,” tuturnya mengenang.
Dia mencontohkan peningkatan usahanya seperti adanya permintaan dari Solo dalam satu minggu mencapai sekitar 50 boks. Dari Cilacap juga bertambah. Semula hanya 10 boks per pekan, akhirnya menjadi 50-70 boks.
Perekonomian keluarga pun berangsur membaik setelah adanya peningkatan permintaan. Sebab, di masa pandemi, suaminya harus keluar dari pekerjaanya. Otomatis, keuangan keluarga jadi oleng. Mereka pun bahu-membahu menseriusi usaha tahu bakso dan memanfaatkan Lapak Ganjar.
“Ternyata dengan kami berdua menseriusi usaha ini dan ada program Lapak Ganjar ini, semua kebutuhan yang tadinya, bayar sekolah itu walaupun daring tetap harus terbayar, cicilan motor, listrik, segala macam itu kan setiap bulan, harus keluar ya. Lama-kelamaan itu tetap bisa teratasi, teratasi, teratasi,” ucapnya.
Sekilas tentang usaha tahu bakso udangnya, tutur Christina, bahwa dia mulai memproduksi membuat makanan tahu bakso udang sejak 2019.
“Saya ini membuat tahu bakso dengan isian baksonya dari daging udang segar pilihan atau bukan dari sari pati udang. Karena yang beredar selama ini adalah tahu bakso dari isian daging sapi dan ayam, makanya saya berinovasi untuk menciptakan tahu bakso yang isinya dari daging udang,” ujarnya.
Editor: Ahmad Antoni