get app
inews
Aa Text
Read Next : Identitas 2 Pelari Meninggal di Siksorogo Lawu Ultra 2025, Keduanya Pegawai Kementerian

Kisah Pilu Pasutri Hidup 30 Tahun di Gerobak Sampah, Seperti Cerita Romeo dan Juliet

Kamis, 28 Januari 2021 - 11:34:00 WIB
Kisah Pilu Pasutri Hidup 30 Tahun di Gerobak Sampah, Seperti Cerita Romeo dan Juliet
Supadmi saat dievakuasi untuk ditempatkan di lokasi yang lebih layak dan nyaman. (Okezone/Bramantyo)

KARANGANYAR, iNews.id  - Supadmi (71) menolak keras untuk dievakuasi oleh Dinas Sosial (Dinsos) dari tempat tinggalnya, diantara dua bak sampah milik Dinas Pekerjaan Umum (DPU) di Pasar Palur, Jaten, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Meski hendak dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, namun Supadmi terus meronta tak mau pindah dari tempat itu. 

Di tempat inilah, selama 30 tahun, dirinya hidup bersama sang suami, Janto (76) yang baru saja meninggal dunia. Siapapun yang melihat kondisinya tak akan kuasa menahan air mata.

Bagaimana tidak, rasa cinta Supadmi terhadap sang suami begitu besar. Seperti kisah cinta Romeo dan Juliet. Sehingga, Supadmi tak mau meninggalkan tempat dimana dirinya hidup bersama sang suami dalam keadaan suka dan duka bersama, apapun alasannya.

Di tempat itu, selama 30 tahun, Supadmi dan Janto hidup bersama. Meski hanya tidur beralaskan kasur lusuh dan dua bantal yang juga lusuh, keduannya tanpak bahagia menjalani hidup.

Biarpun beratap seng dan dindingnya dari triplek tak mampu menahan derasnya hujan membuat keduannya basah kuyup bila hujan turun, mereka tak begitu mempedulikan. 

Rasa cinta dan sayang Janto terhadap Supadmi begitu besar. Meskipun sang istri termasuk penyandang disabilitas dan tak bisa melihat dan mendengar, tak diperdulikannya. Keduannya tanpa hidup bahagia dari hasil jerih payah yang didapat oleh Janto dari profesinya sebagai pemulung.

Bahkan meski hidup diantara dua buah bak sampah, memanfaatkan ruang empat meter ini, keduannya cukup dikenal sangat baik.Karena kebaikan keduannya, warga Dusun Palur RT 06/03 sangat menyayangi keduannya dan menganggap keduannya bagian dari keluarga mereka sendiri.

Meski Janto sendiri berasal dari Boyolali. Tak ada yang tahu pasti, kapan Janto tiba di Palur, Jaten, Karanganyar. Awalnya,Janto bekerja serabutan. Hingga akhirnya bekerja sebagai tukang sapu pasar Palur. 

Sedangkan Supadmi sendiri, karena keterbatasan fisiknya,hanyalah ibu rumah tangga. Sebelum akhirnya, Janto pun berhenti menjadi tukang sapu pasar Palur karena kondisi fisiknya yang menurun. Sejak saat itulah, untuk menyambung hidup, Janto pun mencari rejeki dengan menjadi seorang pemulung. 

Hingga akhirnya Tuhan berkehendak lain. Setelah menderita sakit selama lima hari, akhirnya pada hari Selasa, 25 Januari 2021, sekira pukul 21.00 WIB, Janto pun meninggalkan istri tercinta untuk selama-lamanya. Tangisan Supadmi malam itu cukup menyayat siapapun yang mendengar.

Warga pun berbondong-bondong datang ketempat dimana Supadmi dan Janto tinggal. Saat warga datang, mereka melihat Supadmi duduk menangis disamping jenazah suaminya yang sudah terbujur kaku. 

Karena tak memiliki sanak keluarga, atas inisiatip salah satu tokoh masyarakat setempat, Suprapto Koting, malam itu juga, Jenazah pemilik nama lengkap Harjanto Muhammad Mucjid inipun dimakamkan.

"Awalnya, Ibu Supadmi tak mau dibawa ke RSUD Moewardi. Beliau tak mau keluar dari tempatnya. Alhamdulilah setelah kami bujuk, Ibu Supadmi akhirnya mau dibawa ke rumah sakit oleh Dinas Sosial," kata  Suprapto, pada MNC Portal Indonesia, Rabu (27/1/2021) malam.

Menurut Prapto, pasangan ini sebenarnya pernah mengangkat seorang anak perempuan. Bahkan kala masih duduk dibangku sekolah,anak angkat pasangan Janto dan Supadmi ini aktif di Karangtaruna. 

Namun saat duduk dibangku SMA dan dinikahkan, hingga saat ini anak angkat Janto dan Supadmi ini tidak lagi diketahui dimana tempat tinggalnya.

"Mbah Janto dan Supadmi ini pernah ngangkat anak, disekolahkan sampai SMA. Terus habis dinikahkan, sampai sekarang tidak tahu dimana tempat tinggalnya," kata Prapto.

Atas inisiatif warga, berdasarkan rapat koordinasi RW 03 yang juga melibatkan Dinas Sosial,disepakati, untuk membersihkan tempat tinggal dari Supadmi. Keputusan warga itu didasari karena keterbatasan fisik dari Supadmi. Sehingga dikhawatirkan, bila dipindahkan jauh dari pasar, terlalu membahayakan keselamatannya.

"Kalau tetap tinggal disitu itu kan mbah Supadmi sudah hafal jalan ke pasar, meski tak bisa melihat. Kalau dipindah dari situ, kasihan. Jadi warga sepakat membersihakn tempat tinggal mbah Supadmi biar lebih layak dan nyaman untuk ditinggali," katanya.

Parpto yang juga mengatakan bila warga telah memberikan uang untuk dipergunakan memperingati ujuah hari meninggalnya Janto.

Terpisah, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Karanganyar Waluyo Dwi Basuki mengatakan, pihknya tidak mungkin membawa Supadmi ke panti jombo. 

Karena dengan keterbatasan fisik, tak mungkin bagi Supadmi untuk hidup mandiri di panti jombo. Saat ini, ungkap Basuki, Supadmi sudah dibawa ke RSUD Moewardi Solo untuk mendapatkan perawatan.

"Di Panti Jompo itukan harus mandiri, mengurusi dirinya sendiri. Dengan keterbatasan fisik, sulit bagi Supadmi untuk melayani dirinya sendiri bila tak titipkan di Panti Jompo," kata Basuki kepada MNC Portal Indonesia.

Sehingga, dari hasil koordinasi, setelah kembali dari rumah sakit, Supadmi kembali ketempat dimana dahulu dirinya tinggal besama almarhum Suaminya. "Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan Karanganyar tentang penempatan Supadmi pasca pulang dari rumah sakit," ujarnya.

Editor: Ahmad Antoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut