Kisah Pilu Suami Istri di Purworejo Berjuang Hidup di Tengah Hantaman Pandemi Covid
PURWOREJO, iNews.id – Sungguh miris nasib yang dialami Sugeng Raharjo (43). Ia tak menyangka bakal mengalami ujian berat akibat pandemi Covid-19.
Sugeng terpaksa mengajak istri dan anaknya tinggal di sepetak bangunan tengah kebun di dusun Kedungdowo Kulon, desa Trirejo, kecamatan Loano, kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Ia menceritakan awal mula hingga akhirnya terdampar’ di desa Trirejo. Jauh sebelum pandemi Sugeng bekerja sebagai buruh di Jakarta. Namun karena ada pengurangan tenaga kerja, ia akhirnya memutuskan merantau ke Purworejo.
Sebetulnya Purworejo bukan tempat asalnya, karena dirinya lahir di Semarang. Alasan ke Purworejo karena ada sejarah yaitu ibu asli Trirejo dan sekarang masih punya kerabat di desa setempat.
Namun ia tidak bergantung pada kerabatnya, Sugeng dan keluarga kecilnya mengontrak rumah di Kutoarjo dan bekerja sebagai tukang bangunan.
Istri Sugeng, Nengsih Surtini membuka usaha jualan jajanan di depan SD Kutoarjo. Hingga pandemi muncul dan meluas hingga Purworejo, tempat bekerja kena lockdown. Ia pun membantu istri jualan jajanan, tapi tidak begitu lama sekolah juga ditutup akhirnya lapak dagangan terpaksa ditutup.
Sugeng dan Nengsih sempat berusaha bertahan selama beberapa waktu, namun karena tidak ada pembeli akhirnya mereka menyerah. Gerobak dagangan pun dijual untuk menyambung hidup, sampai akhirnya uang itu habis mereka gunakan.
Sugeng pun menghubungi kerabatnya dan menceritakan persoalan yang dihadapi, mereka tanggap dan memberikan bantuan kerabat mengikhlaskan sedikit tanah untuk dibangun rumah berukuran 3 x 3 meter.
Bangunan itu sederhana hanya berdinding seng dan beratap genting, namun lantainya sudah disemen cukup bersih meski dalam satu ruangan itu kasur dan dapur dijadikan satu. Untuk mandi cuci dan kakus mereka memanfaatkan sumber air yang di salah satu sudut kebun.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup istri dan seorang anak, Sugeng bekerja serabutan. Namun sebagai buruh serabutan hasilnya tidak menentu,tergantung ada tidaknya orang yang meminta bantuan,” kata Sugeng, Minggu (24/1/2021) “Kalau pas tidak ada kerjaan yang makan apa yang ada di kebun atau terpaksa meminjam uang,” katanya.
Masalah lain mendera keluarga itu, mereka tidak masuk dalam jaminan sosial pemerintah. Pasalnya Sugeng dan Nengsih tidak tercatat sebagai warga kabupaten Purworejo. Sugeng ber-KTP Semarang, sedangkan Nengsih Banten.
Mereka belum dapat mengurus kepindahan lantaran tidak memiliki uang. Mereka lebih memilih menggunakan uang yang didapat untuk menyambung hidup daripada mengurus kepindahan penduduk.
Ia sadar status domisili ini jadi masalah, tapi apa daya tidak punya uang dan kalau ada pun habis untuk makan. “Dulu tidak kepikiran untuk pindah ke Purworejo sebab cita-cita saya sebenarnya ingin kembali ke Semarang, tapi mau bagaimana lagi ada pandemi yang membuyarkan impian itu,” ujar dia.
Cerita Sugeng ini viral dan menarik perhatian sejumlah pihak. Pemerintah desa pun turun mengecek keberadaannya. Namun kendala utama yang dihadapi Sugeng dan keluarganya adalah status kependudukan.
Sehingga pemerintah desa tidak dapat memasukkan mereka ke dalam daftar penerima bantuan lantaran status tersebut.
Editor: Ahmad Antoni