Mengintip Proses Pembuatan Gula Jawa Turun-temurun di Desa Pageraji Banyumas
BANYUMAS, iNews.id - Pengrajin gula Jawa merupakan industri rumah tangga yang cukup terkenal di Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sebagian besar warga di desa tersebut merupakan pengrajin gula Jawa.
Bahkan kerajinan pembuatan gula Jawa ini sudah dilakoni hingga turun temurun oleh warganya. Dari jumlah total penduduknya yang mencapai sekitar 11.086 jiwa, sekitar 900-an jiwa warga Desa Pageraji merupakan para pengrajin gula Jawa.
Gula Jawa yang di produksi di Banyumas ini sudah terkenal asli manisnya, berwarna coklat dan keras, bahkan setelah lama disimpan. Namun, tidak mudah untuk membuat gula Jawa ini, proses panjang pengolahan gula Jawa ini cukup melelahkan.
Proses pengolahan gula Jawa ini diawali dengan proses penyadapan dari pohon kelapa yang dilakukan oleh seorang Penderes. Profesi penderes merupakan seorang dari lingkaran industri gula kelapa yang paling hulu, tugasnya adalah menyadap air nira dengan cara memanjat pohon kelapa, duduk di atas pelepah daun kelapa, mengambil wadah atau pongkor yang sudah terpasang sebelumnya.
Kemudian menyayat bunga kelapa (Manggar) dengan sayatan baru agar keluar air niranya dan kembali memasang wadah kosong yang sebelumnya sudah di campur dengan air dari kulit manggis dan air kapur gamping untuk menampung air nira yang fungsinya jika gula sudah di cetak hasilnya menjadi keras dan tahan lama.
Untuk memasangnya pun tidak sembarangan, agar pongkor yang telah terpasang tidak kemasukan air hujan. Proses penyadapan ini biasanya memakan waktu 24 jam, tetes demi setetes merupakan harapan bagi para penderes.
“Ada 30 pohon yang saya sadap. Jadi dalam sehari 60 kali saya naik pohon kelapa pagi dan sore,” Kata Jazuli (40), seorang penderes warga Desa Pageraji, dikutip dari iNewsPurwokerto.id, Senin (29/11/2021).
Dia menyebutkan, dari 30 pohon tersebut, air nira yang sudah diolah menjadi gula Jawa, dirinya bisa memperoleh hasil kurang lebih sekitar 10 kilogram gula Jawa. Gula tersebut akan dihargai oleh pengepul sekitar Rp12.000 - Rp12.400 ribu per kilogram.
Berarti Jazuli bisa mendapatkan uang sekitar Rp 120- Rp124 ribu rupiah. Tapi keuntungan tersebut belum dipotong biaya untuk kayu bakar. Bahkan jika musim hujan turun, dia juga mengaku pendapatannya menurun. Belum lagi risiko yang mengancam nyawa, seperti cacat atau meninggal akibat terjatuh dari pohon kelapa yang sering dialami para penderes gula kelapa ini.
“Kalau musim terang bisa mencapai 10 kilogram, tapi kalau musim hujan turun menjadi 8 kilogram, itu karena saat musim hujan kualitas nira menjadi turun akibat tercampur air hujan. Selain itu banyak pongkor yang tidak terpasang karena saat hujan pohon menjadi licin, selain itu keuntungan dari hasil gula jawa belum bersih karena harus dipotong biaya beli kayu bakar” ujarnya.
Di Banyumas, air nira untuk pembuatan gula Jawa yang sudah di sadap tersebut dinamakan ‘bandek’, warnanya putih keruh, air bandek tersebut dapat diminum langsung atau di fermentasikan menjadi tuak yang mengandung alkohol.
Sementara menurut Tursinah (40) seorang pengrajin gula Jawa mengatakan jika pengrajin gula Jawa yang saat ini dilakoninya sudah dilakukan sekitar 15 tahunan. Dia menekuni profesi ini karena sang suami merupakan seorang penderes kelapa dan sudah menjadi mata pencahariannya sehari-hari.
Dia menjelaskan proses pembuatan gula tersebut dilakukan setelah semua air bandek terkumpul, kemudian direbus diatas tungku tanah liat dengan menggunakan bahan bakar kayu dan merang.
Setelah mendidih dalam proses perebusan, lama kelamaan air rebusan bandek akan mengental dan berubah menjadi kecokelatan.“Lama memasak sekitar 3-4 jam, tergantung kadar airnya,” katanya.
Dia mengatakan, jika sudah cukup mengental, bandek diangkat dari tungku lalu di aduk terus hingga makin mengental dan siap di cetak. Setelah itu, cairan kental berwarna coklat ini pun dituang menggunakan gayung ke dalam cetakan-cetakan kecil yang terbuat dari bambu yang sebelumnya sudah disiapkan.
Saat menuang adonan gula Jawa harus cepat, jika tidak nantinya akan mengeras dan tidak bisa di cetak. Biasanya untuk melepas gula dari cetakan sekitar 10-15 menit,” ungkapnya.
Setelah gula Jawa dilepas dari cetakan, batangan gula berwarna merah itu harus diangin-anginkan terlebih dahulu sambil mencetak gula Jawa selanjutnya yang dituangkan dari adonan. Setelah benar-benar kering dan keras, gula Jawa siap dikemas dan dipasarkan.
Editor: Ahmad Antoni