Nikmatnya Kuliner Nasi Pagar Khas Grobogan, Terancam Punah Tergusur Zaman
Bumbu terbuat dari garam grosok yang dicampur dengan parutan kelapa, kemudian digoreng tanpa menggunakan minyak goreng. Rasanya yang dihasilkan adalah asin dan gurih.
Bumbu garam goreng kemudian ditaburkan di atas nasi yang sudah dicampur dengan sambal pecel, racikan daun singkong dan sayuran lain yang biasa merambat di pagar kebun.
Setiap kali berjualan, Mbah Sukarti bisa menghabiskan 5 kilogram beras dan hari libur mencapai 10 kilogram. Harga yang ditawarkan sangat murah, karena untuk satu bungkus hanya Rp3.000 atau Rp5.000 untuk nasi pagar plus lauk dan teh hangat.
Para pembeli diberi dua pilihan tergantung selera, yakni nasi lontong atau nasi yang dimasak biasa. Saat pandemi Covid-19, pedagang mengeluh berkurangnya minat pembeli. Bahkan jumlah pembeli anjlok hingga 50 persen mengingat selama ini yang datang banyak dari warga luar Kabupaten Grobogan.
Seperti Demak dan Boyolali. Supanyo, warga Desa Godong mengaku setiap pagi memilih makan nasi pagar buatan Mbah Sukarti karena cita rasanya sudah teruji kenikmatannya. Selain itu harganya sangat terjangkau.
Tak jauh berbeda diungkapkan Ipeh, warga Wirosari, Grobogan yang setiap pagi melintasi Desa godong. Dirinya menyempatkan diri sarapan nasi pagar. Ia juga memesan beberapa bungkus nasi pagar untuk dibawa ke tempat kerja.
Editor: Ary Wahyu Wibowo