Nyepi, Umat Hindu Semarang Doakan Pandemi Covid-19 Segera Sirna

Sedangkan esensi Bhuana Alit, kata dia, merupakan saat untuk mensucikan diri, bahkan tadi juga terdapat upacara pecaruan itu memberikan sedekah kepada buta kale secara alam semesta namun secara buta Bhuana Alit mereduksi sifat-sifat keangkaramurkaan, sifat yang tidak baik, perkataan, perbuatan yang tidak baik agar hilang dan menjadi sunnye.
“Baru besok pagi (hari ini) kita mulai melaksanakan intropeksi diri apa yang sudah kita lakukan selama setahun itu dan bagaimana kita berjalan pada kehidupan setahun yang akan datang sehingga tingkat spiritual kita selalu meningkat esensinya,” katanya.
Selanjutnya setelah melakukan Tawur Agung Kesanga, umat Hindu melakukan Catur Brata Penyepian yang dilaksanakan di rumah masing-masing yang dimulai pukul 06.00 WIB sampai keesokan harinya pukul 06.00 WIB dengan cara melakukan empat pantangan yang wajib dipatuhi diantaranya Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungaan serta Amati Lelanguan.
“Umat Hindu berdiam diri di rumah atau di Pura, melakukan meditasi sekaligus introspeksi dan refleksi diri atas kehidupan yang telah dijalani dan berharap untuk bisa lebih baik pada tahun baru berikutnya,” ujar Nengah.
Kemudian pada 15 Maret, umat Hindu melakukan Ngembak Geni atau berakhirnya Catur Brata Penyepian dan memasuki tahun baru dengan harapan dan keyakinan yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Umat Hindu berharap pandemi Covid-19 di Indonesia segera berlalu sehingga bisa kembali pada kehidupan normal.
Editor: Ahmad Antoni