Pegunungan Dieng Berstatus Waspada, BPBD Wonosobo: Waspadai Gas Beracun

WONOSOBO, iNews.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonosobo, mengimbau kepada masyarakat khususnya dan para wisatawan di Dataran Tinggi Dieng untuk selalu berhati-hati dan waspada terhadap gas beracun (CO2). Imbauan itu seiring kenaikan status pegunungan Dieng menjadi waspada.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Wonosobo Bambang Triyono mengatakan, pegunungan Dieng mulai Jumat (13/1) pukul 23.00 WIB statusnya dari level I (normal) naik menjadi level II (waspada).

Baca Juga

Gunung Api Dieng Berstatus Waspada, Wisatawan Diimbau Tak Dekati Kawah Sileri Radius 1 Km

Dia mengatakan, sejak 9 Januari 2023 di Dataran Tinggi Dieng terjadi beberapa kali gempa walaupun dengan skala kecil, namun pada jumat (13/1) pukul 18.46 WIB terjadi gempa agak lumayan dengan skala 3,4 SR.

"Kami BPBD Kabupaten Wonosobo dan Pemantauan Gunung Api (PGA) Dieng bekerja sama dengan BPBD Kabupaten Banjarnegara selalu berkoordinasi dan saling memantau perkembangan status gunung api di Dieng," katanya, Minggu (15/1/2023).

Baca Juga

Wisata Air Terjun Sikarim di Dataran Tinggi Dieng

Dia menyampaikan, BPBD Kabupaten Wonosobo juga berkolaborasi dengan BPBD Banjarnegara untuk mengecek titik-titik yang rawan bencana terutama dengan adanya gas beracun.

Baca Juga

Mengenal Domba Batur sebagai Daya Tarik Wisatawan di Dieng

Bambang menyebutkan beberapa titik rawan bencana, antara lain ada di Kawah Sikendang (di Telaga Warna Wonosobo), Kawah Sileri dan Kawah Sikidang (wilayah Banjarnegara).

Dia mengatakan, sampai hari ini kondisi masih aman dan Dataran Tinggi Dieng masih dibuka untuk wisatawan, namun mereka dilarang untuk mendekat di sejumlah titik berbahaya tersebut.

Baca Juga

Mengintip Peternakan Domba Batur Khas Dataran Tinggi Dieng, Ada yang Bobotnya 150 Kg

"Kami sudah pasang penunjuk arah angin dan juga plang-plang imbauan agar tidak mendekat ke lokasi berbahaya tersebut, karena di lokasi berbahaya itu dimungkinkan muncul gas beracun yang membahayakan manusia," ujarnya.

Editor: Ahmad Antoni