Produsen Sepatu Lokal Klaten Ini Melejit saat Pandemi, Gibran-Kaesang Ikut Pesan

Penjualan online ternyata berkembang pesat, dan bahkan lebih besar dibanding ketika era penjualan offline. Awalnya sebelum Covid-19, kapasitas produksinya hanya 6.000 pasang/hari. Namun sekarang menuju 9.000 pasangan/hari dengan full online. “Stabil sepanjang tahun dan masih kurang barang posisi hari ini dengan Instagram,” tuturnya.
Penjualan online benar-benar memangkas jalur kepada konsumen. Penjualan offline membutuhkan waktu sekitar dua bulan ke konsumen. Sedangkan dengan penjualan online, pabrik langsung ke konsumen dengan waktu yang singkat. Untuk saat ini, kapasitas produksi 7.200 pasangan/hari menuju ke 9.000/pasang/hari. Jumlah karyawan kini mencapai 1.400 orang.
Diungkapkannya, branding besar-besaran dilakukan di Instagram. Sedangkan facebook dinilai masuk generasi lama, kelahiran tahun 1980 ke bawah. “Kalau Instagram benar-benar konsumen umur 20-30 tahun yang menjadi segmentasi pasar kami,” jelasnya. Semua bahan baku untuk pembuatan sepatu 100 persen dari lokal Indonesia, yakni Semarang, Surabaya, Bandung, Jakarta, dan Solo.
Salah satu daya tarik sepatu Aerostreet adalah harganya yang murah namun kualitasnya tak kalah dengan produk yang harganya mahal. “Bicara masalah harga sepatu, kecuali yang kulit, se-Indonesia HPP (harga pokok produksi) sebenarnya sama, di bawah Rp100.000. sistem pengambilan profitnya saja,” kata Adhitya Caesarico.
Editor: Ary Wahyu Wibowo