Profil Gus Mus, Tokoh Agama yang Dikunjungi Ganjar Pranowo dan Sejumlah Tokoh Politik

Gus Mus memulai perjalanan pendidikannya di Sekolah Dasar (SD) di Rembang, Jawa Tengah, yang pada saat itu masih dikenal sebagai Sekolah Rakyat (SR), dan ia menempuhnya selama enam tahun, yakni dari tahun 1950 hingga 1956.
Setelah sukses menyelesaikan pendidikan dasarnya, Gus Mus kemudian melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, yang dipimpin oleh KH. Marzuqi Dahlan dan KH. Mahrus Aly, dalam kurun waktu dua tahun, yaitu dari 1956 hingga 1958.
Tertarik mengumpulkan ilmu tanpa henti, Gus Mus memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya dalam mengejar ilmu di Pesantren Al Munawwar, Krapyak, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Pada periode tersebut, pesantren tersebut diasuh oleh KH. Ali Ma'sum dan KH. Abdul Qodir, dan Gus Mus mengabdikan dirinya selama empat tahun, dari 1958 hingga 1962.
Usai mendalaminya di Krapyak, Gus Mus melanjutkan pendidikan non formalnya di pesantren yang dimiliki oleh ayahnya sendiri selama dua tahun, yakni dari 1962 hingga 1964.
Tak berhenti di situ, perjalanan keilmuannya terus berkembang ketika Gus Mus memutuskan untuk mengejar pendidikan tinggi secara akademis di Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir. Proses ini memakan waktu enam tahun, dari tahun 1964 hingga 1970.
Setelah kembali ke Indonesia, Gus Mus aktif di berbagai kegiatan organisasi Islam dan pernah menjadi Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Dalam dunia politik, Gus Mus pernah menjabat sebagai anggota DPRD Jawa Tengah periode 1982-1992 dan menjadi anggota MPR RI periode 1992-1997.
Beliau juga memiliki keterkaitan erat dengan Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid atau yang dikenal dengan nama Gus Dur.
Sebagai seorang ulama, mantan pejabat pemerintahan, dan budayawan, Gus Mus menjadi panutan bagi pemuka agama dan pejabat negara, dianggap sebagai sosok suri teladan bahkan bagi sosok Ganjar Pranowo.
Editor: Ahmad Antoni