get app
inews
Aa Text
Read Next : Kronologi Mahasiswi UIN Solo Tewas setelah Lompat dari Lantai 4 Gedung Kampus

Tradisi Kawin Ampyang, Pembauran Etnis Jawa dan Tionghoa di Kampung Pecinan Solo

Minggu, 22 Januari 2023 - 05:03:00 WIB
Tradisi Kawin Ampyang, Pembauran Etnis Jawa dan Tionghoa di Kampung Pecinan Solo
Sejumlah pengunjung menikmati suasana malam tahun baru Imlek di kawasan Pasar Gede Solo. (foto: ilustrasi/Dok Ahmad Antoni)

SOLO, iNews.id - Tradisi pembauran antara etnis Jawa dan Tionghoa di Kota Solo, Jawa Tengah sudah terjadi bertahun-tahun. Salah satunya di kawasan Kampung Balong, Kelurahan Sudiroprajan, Solo.

Kawasan kampung yang berderet dengan rumah yang berimpitan satu sama lain. Selain digunakan untuk rumah tinggal juga digunakan sebagai tempat usaha. Di kawasan inilah muncul istilah 'kawin ampyang'.

Kawasan Balong yang sebagai salah satu kawasan pecinan, sejak puluhan tahun lalu hidup berdampingan dengan aman dan damai. Bahkan sejak jaman lampau sudah banyak warga yang melakukan kawin campur.

Salah satu tokoh Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) Sumartono Hadinoto mengatakan mereka sudah berinteraksi membentuk keluarga baru dari dua suku yang berbeda sejak puluhan tahun lalu.

"Kawasan itu banyak keluarga multi ernis, multi budaya, juga agama," katanya. Tradisi perkawinan antar etnis di Solo ini biasa disebut 'kawin ampyang'. 

Hampir semua warga melakukan kawin ampyang dan bukan suatu hal aneh lagi. Istilah kawin ampyang ini, lanjut Sumartono diibaratkan ampyang yang terbuat dari gula merah dan kacang tanah.

Filosofinya gula mentah adalah masyarakat Jawa dan kacangnya diibaratkan warga Tionghoa "Itu sudah  biasa. Sudah ada sejak dulu, dan sampai sekarang tidak ada masalah," ujar Sumartono.

Menurut dia, dalam pernikahan itu kunci utamanya adalah cinta. Orang menikah pastinya ada sesuatu yang mendukung untuk hidup bersama.

"Pasangan akan saling mengisi dengan segala perbedaannya. Ya ibaratnya campuran gula dan kacang menghasilkan rasa yang gurih dan manis, sama keberagaman. Perbedaan rasa itu indah jika kita bisa menyikapinya dengan benar,” ujarnya.

Seperti pernikahan antar etnis di Balong yang akhirnya melahirkan generasi baru yang sudah berdarah campuran. Maka tak heran di kawasan kampung Balong  kebanyakan sudah berdarah campuran. Berkulit kuning coklat dan bermata sipit.

Suara Azan dan bau harum dupa di kawasan Balong adalah pemandang yang biasa dan sudah bersinergi dalam keseharian warga Balong. Ada suara orang mengaji, ada juga yang bersembahyang di kelenteng. Semuanya hidup berdampingan  tidak pernah menjadi konflik antar tetangga.

Dia mengungkapkan, saat ini dengan adanya kemajuan teknologi bukan hanya kawin ampyang saja yang bisa terjadi. Kemajuan teknologi akan menjadi dorongan untuk masyarakat dalam mencari jodoh dalam satu suku dalam satu negara.

"Adanya kemajuan teknologi seperti perkembangan media sosial yang memungkinkan masyarakat bisa berinteraksi dengan masyarakat dalam belahan dunia lain. Sehingga perkawinan tidak terbatas beda suku dalam satu negara. Namun ke depannya bisa saja terjadi antar negara," jelasnya lagi.

Dia mencontohkan keluarganya sendiri juga banyak yang melakukan pernikahan beda suku bahkan beda kepercayaan. Namun semuanya baik-baik saja. Kuncinya adalah kasih dan juga toleransi dan menghormati keberagaman

Editor: Ahmad Antoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut