Tradisi Lebaran di Jawa Tengah, Grebeg Syawal Keraton Solo hingga Larungan Kepala Kerbau
SEMARANG, iNews.id – Tradisi Lebaran di Jawa Tengah hingga kini masih tetap dilestarikan oleh masyarakatnya. Tradisi adalah sebuah kebudayaan yang selalu diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Tradisi akan terus berjalan jika tetap dilestarikan dengan cara terus melakukannya. Namun jika hal tersebut tidak dilakukan, maka tradisi tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Tradisi Lebaran di Jawa Tengah masih tetap terus dipertahankan sehingga sampai saat ini masih terjaga. Berikut ini tradisi Lebaran di Jawa Tengah yang dihimpun dari berbagai sumber.
Tradisi Lebaran di Jawa Tengah
1. Grebeg Syawal Keraton Solo
Dalam Grebeg syawal Keraton Solo mengusung dua gunungan berisi hasil bumi dan jajanan pasar yang dibawa menuju Masjid Agung Surakarta. Ada dua gunungan yaitu jaler (laki-laki) dan setri (perempuan). Gunungan jaler dibawa ke Masjid Agung Surakarta, sedangkan gunungan setri dibawa ke Keraton Solo untuk diperebutkan.
2. Kirab Gunungan Seribu Ketupat di Kudus
Lebaran ketupat di Kudus lebih dikenal sebagai Syawalan yang dirayakan dengan acara "kirab gunungan Seribu Ketupat’. Gunungan terdiri dari susunan seribu ketupat dan ratusan lepet yang diarak dari rumah kepala desa setempat menuju Masjid Sunan Muria. Selain gunungan, masyarakat juga menggelar tradisi ziarah ke Makam Sunan Muria. Kegiatan ini dilanjutkan dengan minum air dan mencuci tangan dan kaki dengan air dari gentong peninggalan Sunan Muria.
3. Tradisi Syawalan Lopis Raksasa di Pekalongan
Tradisi Syawalan yang rutin dilakukan oleh masyarakat Kota Pekalongan ini sudah dimulai sejak 130-an tahun yang lalu. Hal paling menarik dalam pelaksanaan tradisi ini adalah dibuatnya Lopis Raksasa yang akan dibagikan dan diperebutkan.
4. Tradisi Syawalan Kupat Jembut di Semarang
Kota Semarang yang memiliki tradisi syawalan unik yakni warga membagikan kupat jembut. Makanan kupat ini dalamnya berisi tauge. Tradisi syawalan kupat jembut telah berlangsung sekitar tahun 1950-an. Tradisi ini merupakan simbol kesederhanaan karena dilakukan saat warga usai perang ingin memperingati Lebaran dengan bahan makanan sederhana ketupat diisi tauge sebagai bentuk keprihatinan.
Editor: Ahmad Antoni