Dikatakannya, permintaan dropping air bersih selama kemarau tahun ini turun drastis dibanding dua tahun sebelumnya. Tahun 2019 ada 17 desa terdampak kekeringan, tahun 2020 turun menjadi sembilan desa dan tahun 2021 tinggal tiga desa.
"Ada sejumlah desa yang jadi langganan kekeringan seperti Watu Lumbung, Tawangsari, tahun ini sumber airnya masih bisa memenuhi kebutuhan warga," ucapnya.
Kondisi ini dimungkinkan karena masa pandemi Covid-19, kebutuhan air bersih untuk hajatan warga banyak berkurang. Sebab acara hajatan dibatasi sejalan dengan diterapkannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Sri Maryanto memperkirakan, kebutuhan air bersih di wilayah rawan kekeringan akan bertambah pada akhir September hingga Oktober 2021, sebagai kewaspadaan puncak musim kemarau. Sebab setelah itu, diperkirakan pada November dan Desember sudah masuk musim hujan.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait