Sebagian aspal jalan bahkan telah ikut longsor sehingga sangat berbahaya jika dilintasi. “Kami kesulitan beraktivitas, kami harus menggunakan dua kendaraan di ke dua ujung jalan jika ingin mengangkut barang,” kata Nadi.
Selain mengganggu aktivitas warga yang bekerja dan berladang, kondisi jalan rusak dan tertutup bebatuan juga mengganggu aktivitas anak-anak yang ingin bersekolah.
“Para siswa terpaksa harus memutar jalan lain dengan jarak mencapai satu kilometer agar dapat sampai ke sekolah,” ujar Stefanus Tegus, Kepala Dusun Gedong.
Banjir bandang disertai longsor terjadi pada Sabtu (25/11) sore menyebabkan akses utama dua desa terputus. Diduga bencana banjir bandang dan longsor terjadi karena pascakebakaran lereng Merbabu, sehingga tidak ada material penahan seperti bebatuan, akar pohon dan tanah padat.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait