Tembakau yang disebut dengan srinthil hanya dapat terjadi di daerah dengan ketinggian di atas 800 m dpl. Akan tetapi tidak semua tempat dapat menghasilkan srinthil. Berdasarkan penuturan petani, khususnya penghasil srinthil, mutu istimewa tersebut hanya dapat terjadi bila cuaca selama musim tanam tembakau sangat kering.
Pada kondisi demikian daun yang berpotensi menjadi mutu srinthil, dapat diketahui setelah diperam 5 hari. Ciri-ciridaun tersebut adalah berubah warna menjadi coklat kehitaman, tumbuhnya puthur (semacam hifa jamur berwarna kuning) dan mengeluarkan cairan dan aroma seperti alkohol.
Daun tembakau yang diperam tersebut tidak busuk, bila dirajang tidak menghasilkan struktur seperti serat, tetapi menjadi hancur menggumpal, bila telah kering berwarna coklat kehitaman sampai hitam cerah dan mengkilat.
Beberapa peneliti pasca panen mengamati pada tembakau yang sedang diperam tersebut tumbuh beberapa macam mikroorganisme semacam jamur yang berwarna kuning, yang oleh petani disebut sebagai puthur kuning.
Usaha untuk membuat mutu srinthil dengan memanfaatkan mikroorganisme tersebut (setelah diisolasi, inokulasi dan disemprotkan) tidak berhasil, karena mikroorganisme tersebut tidak berkembang.
Berdasarkan informasi dari para penghasil srinthil, varietas yang dapat menjadi srinthil adalah Kemloko; Kemloko 1 dan 2. Sedangkan daerah-daerah yang bisa menghasilkan srinthil adalah Desa Legoksari, Losari, Pagergunung, Pagersari, Tlilir, Wonosari, Bansari, Wonotirto, Banaran, Gandu, Gedegan dan Kemloko.
Editor : Ahmad Antoni
tembakau tembakau srinthil Kabupaten Temanggung dewi keberuntungan dewa gunung sindoro gunung sumbing gunung prau jawa tengah nilai ekonomis
Artikel Terkait