Perjuangan Raden Mas Said didukung rakyat Nglaroh dan Kiai Wiradiwangsa yang kemudian diangkat sebagai patih. Ini menjadi cikal bakal pemerintahan yang kemudian menjadi Kabupaten Wonogiri.
Raden Mas Said mengeluarkan semboyan ikrar sehidup semati yang terkenal dengan sumpah Kawulo Gusti atau Pamoring Kawulo Gusti. Semboyan ini menjadi pengikat tali batin antara pemimpin dengan rakyatnya.
Ikrar berbunyi Tiji tibeh, Mati Siji Mati Kabeh, Mukti Siji Mukti Kabeh. Ikrar ini membawa konsep kebersamaan antara pimpinan dan rakyat maupun sesama rakyat. Raden Mas Said juga menciptakan konsep manajemen pemerintahan yang dikenal sebagai Tri Darma, yakni Mulat Sarira Hangrasa Wani, Rumangsa Melu Handarbeni, Wajib Melu Hangrungkebi.
Raden Mas Said merupakan tokoh yang gagah berani melawan musuh. Meskipun hanya dengan prajurit sedikit, ia tidak akan gentar. Raden Mas Said sebagai sosok panglima perang yang mumpuni. Selama hidup, ia sudah melewati sekitar 250 pertempuran tanpa mengalami kekalahan.
Kehebatan ini membuatnya mendapat julukan Pangeran Sambernyawa karena dianggap sebagai penebar maut (penyambar nyawa) bagi musuh di pertempuran.
Raden Mas Said memiliki taktik pertempuran yang mumpuni serta bergerilya. Wilayah perjuangannya meluas meliputi Ponorogo, Madiun Rembang, dan Yogyakarta. Setelah dibujuk Raja Paku Buwono III, Raden Mas Said akhirnya bersedia diajak berunding guna mengakhiri pertempuran.
Dalam perundingan yang melibatkan Raja Paku Buwono III, Sultan Hamengkubuwono I dan Kompeni Belanda, disepakati Raden Mas Said mendapat daerah kekuasaan dan diangkat sebagai Adipati Miji atau mandiri bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait