Komitmennya diikuti rekan-rekan lainnya sesama relawan, baik dari Bakorlak SAR UNS maupun tim SAR lainnya. Sampai-sampai Wakil Ketua I PMI Sragen Soewarno menyebut Supriyanto dan temannya merupakan relawan yang sangat istimewa.
Meskipun Pemkab Sragen telah menganggarkan insentif bagi relawan pengubur jenazah pasien Covid-19, Supriyanto tetap kokoh pada pendiriannya. Ia tidak mau dibayar dan tidak mencairkan insentif tersebut.
“Membantu mereka (korban) dengan catatan tidak mengajukan SPJ yang disediakan Pemkab Sragen, dan untuk operasional dari kantong sendiri-sendiri. Biar dana itu untuk keperluan yang lain, karena banyak yang lebih penting dan membutuhkan,” ujarnya.
Supriyanto mengaku untuk kepentingan operasional dan konsumsi berasal dari biaya pribadi. Sesekali para relawan pengubur jenazah pasien Covid-19 juga patungan.
“Giat kami tidak mengenal waktu. Seperti malam takbir kami selesai giat jam 5 pagi,” ucapnya.
Meskipun Supriyanto memiliki niat membantu sesama, nyatanya tidak selalu diterima baik oleh orang lain, termasuk dari warga di sekitar lokasi pemakaman jenazah pasien Covid-19.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait