BMKG, kata dia, telah merekomendasikan dalam menghadapi musim kemarau tahun 2022 menghimbau seluruh mitra Kementerian Lembaga Pemerintah Daerah dan berbagai pihak terkait serta masyarakat, dimohon untuk tetap mewaspadai wilayah-wilayah yang akan memasuki musim kemarau lebih awal dibanding normalnya.
“Kurang lebih sebanyak 26 persen zona musim di sebagian Sumatera, sebagian Jawa, juga Kalimantan bagian Selatan, sebagian Bali, sebagian Nusa Tenggara, di Maluku dan Papua bagian timur,” ujarnya.
Kemudian, Dwikorita juga menyampaikan perlu adanya peningkatan kewaspadaan dan antisipasi dini untuk wilayah-wilayah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih kering dari normalnya sebanyak 12 persen zona musim yaitu di Sumatera Utara bagian utara, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah bagian utara, sebagian Jawa Timur, sebagian Bali, sebagian Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi dan Maluku.
“Kementerian lembaga pemerintah daerah serta institusi terkait dan seluruh masyarakat dimohon untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan ketersediaan air bersih,” kata Dwikorita.
Selain itu, Dwikorita meminta agar pemerintah daerah dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air sebelum memasuki puncak musim kemarau yang diprediksi di bulan Agustus sebagian besar wilayah Indonesia.
“Penyimpanan Air ini diharapkan dapat ditampung untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan,” ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait