“(Salamah) mengerti persis sehingga hampir pertanyaan-pertanyaan itu dijawab dengan sangat cepat, refleksnya jalan. Maka dia mengerti (ada) 22 orang yang hamil terus kemudian ada 14 yang stunting dan sebagainya,” katanya.
Keberadaan kader kesehatan seperti Salamah, kata Ganjar, membantu peran pemerintah dalam mengatasi masalah stunting. Apalagi jika keuletan kader juga didukung oleh pemerintah di level desa.
“Rata-rata ibu-ibu yang semacam ini pengetahuan pemahamannya sangat luarbiasa, karena dia sangat dekat sekali jaraknya dengan mereka (masyarakat), hidupnya di sekitar mereka. Ini orang-orang yang mesti diapresiasi,” ujar Ganjar.
Tak hanya Salamah, di Puskesmas Kebumen II tersebut Ganjar juga mengapresiasi program penanganan stunting berupa olahan makanan. Diberi nama Mi Kriting. Program ini lah yang didukung oleh dana desa setempat.
“Makanan diolah diberikan sehari dua kali selama tiga bulan dan dievaluasi. Sehingga mereka yang perkembangannya melambat itu langsung dikasih treatment dan ditungguin,” katanya.
Ketua Pembina TP PKK Jateng itu mengatakan, bukan tidak mungkin target Presiden Joko Widodo dalam percepatan penurunan stunting di Indonesia dapat tercapai. Jika kader kesehatannya bisa seperti Salamah.
Jawa Tengah menargetkan angka stunting menjadi 14 persen pada 2023. Untuk mencapai kondisi tersebut, Pemprov Jateng dan BKKBN membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang tersebar di 35 kabupaten/kota, 576 kecamatan, dan 8.562 desa/ kelurahan.
Editor : Ahmad Antoni
gubernur jawa tengah gubernur jateng ganjar pranowo puskesmas kader kesehatan stunting kabupaten kebumen pemprov jateng bkkbn
Artikel Terkait