"Jadi Sabtu-Minggu itu mereka ada kesempatan dalam tanda petik untuk mereka berkumpul. Untuk itulah usaha Pak Gubernur agar kumpul-kumpulnya itu dikurangi dulu karena penyebaran itu kan pertama karena tidak terjaganya jaga jarak," ujarnya.
Menurutnya, gerakan ini memang memiliki sisi positif dan negatif. Meski demikian ia melihat bahwa sisi positif dari gerakan ini lebih besar. Gerakan ini juga muncul setelah Presiden Joko Widodo mengeluarkan pernyataan bahwa PPKM gelombang I tidak cukup berhasil menekan Covid-19 sehingga diperlukan usaha lain.
"Sebetulnya ini tentu ada plus-minusnya, pasti ada negatifnya tetapi menurut saya positifnya lebih besar untuk hal ini. Kita akan evaluasi dan Pak Gubernur tentu juga akan mengevaluasi. Barangkali usaha ini nanti bisa menghasilkan, dalam satu bulan ada penurunan yang efektif. Kalau iya bisa dilakukan empat kali dalam sebulan," katanya.
Dukungan terhadap gerakan Jateng Di Rumah Saja juga disampaikan oleh Vikjen Keuskupan Agung Semarang (KAS), Romo YR Edy Purwanto Pr. Menurutnya gerakan itu merupakan ikhtiar dan gerakan bersama seluruh komponen masyarakat di Jawa Tengah dalam rangka memutus transmisi dan menekan penyebaran Covid-19. Caranya dengan tinggal di rumah atau kediaman atau tempat tinggal dan mengurangi aktivitas di luar rumah dan lingkungan tempat tinggal.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait