"Secara hitung-hitungan, biasanya memang campaign begini bisa mendongkrak keuntungan. Yang kali ini saya yakin akan bisa meningkatkan keuntungan juga, sehingga bisa dikatakan kemungkinan besar tujuan pemasarannya akan tercapai," katanya.
Meskipun terjadi kehebohan pembelian BTS Meal di sejumlah kota, tetap saja orang-orang yang tidak begitu menyukai K-Pop akan memandang fenomena ini sebagai sesuatu yang berlebihan.
Namun, dibalik fanatisme ARMY yang rela mengantre dan menunggu lama untuk bisa merasakan BTS Meal, jika dilihat dari advertising appeal-nya, strategi yang digunakan dalam pengemasan iklan merupakan kombinasi antara informational dan emosional appeals.
Disebut informational karena member BTS menjelaskan item dari makanan yang akan diterima konsumen. Sedangkan disebut emotional karena BTS Meal ini berkaitan dengan keberadaan boyband asal Korea tersebut yang mampu memberikan efek psikologis pada konsumen, terutama bagi ARMY.
"Kalau bicara tentang fanbase, saya pikir tidak ada strategi khusus, selain dari menggunakan selebritis yang memiliki basis fanbase sangat luas, itu saja sudah cukup. Dan bicara tentang fans, mereka tidak akan memikirkan produk apa yang akan mereka dapat, bagaimana tagline iklan dari paket yang akan mereka beli,” ucapnya.
Yang penting kalau selebritis idola sudah muncul, maka mereka sudah pasti akan langsung maju. Bahkan rela menunggu hingga 2-4 jam demi mendapatkan paket tersebut.
Monika juga menyoroti soal fenomena penjualan bungkus bekas BTS Meal di sejumlah toko online. Harga yang dipatok untuk bungkus bekas BTS Meal sudah mencapai ratusan ribu rupiah.Ia menilai fenomena ini sebagai sesuatu yang luar biasa. Namun Monika tak bisa melepaskan kehebohan BTS Meal dengan fanatisme ARMY. Mereka sangat berperan dalam mengiklankan BTS Meal.
"Kalau ditanya wajar atau tidak, tentu untuk campaign-campaign lain yang melibatkan produk lain tanpa ada campur tangan influencer/selebritis tidak wajar sampai sejauh ini efek di kalangan masyarakat. Tapi kalau sudah berkaitan dengan fandom, hal-hal semacam ini sangat wajar," tuturnya.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait