Heru mengatakan, dengan kondisi geologi semacam itu, maka cara mengatasinya harus dilakukan mulai dari titik longsor awal mahkota longsor sampai ke bawah lidah longsor.
Sebab, tanah yang melorot atau ada rekahan bentuknya acak, serta jenis lempungnya berupa monmorilonit atau lebih ke illit, mengakibatkan lempung menjadi lembek seperti bubur kalau kena air.
Mineral lempung jenis monmorilonit mempunyai sifat yang mudah mengembang apabila terkena air, sehingga erat kaitanya dengan kemampuan kembang susut batuan.
“Sehingga penanganannya harus secara menyeluruh sampai ke bawah lereng, di mana di dataran setelah lereng itu datarannya sudah stabil atau tidak ada rekahan lagi. Di akhir lereng setelah itu dataran. Dataran itu sudah dilihat dan disurvei kondisinya bagus. Yaitu tidak ada rekahan, tidak ada sifat pengguguran. Tanahnya stabil, mantap, kompak,” ujar Heru.
Dia mengatakan penanganannya harus menyeluruh mulai dari mahkota longsoran sampai lidah longsoran di kaki bukitnya. Kondisi itu harus ditangani dengan mengurangi kemiringan lereng dengan metode terasering.
Selain itu dibuatkan penguatan, seperti bronjong atau pasangan batu semen dengan diberi lubang-lubang peniris untuk mengeluarkan air sehingga kondisi lerengannya menjadi stabil.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait