“Sedangkan dari jumlah 1.136 embung di Jawa Tengah, air embung dapat digunakan masyarakat untuk pengairan pertanian non padi yang tidak membutuhkan banyak air dengan berpatokan pada indikator ketersediaan air pada saat musim kemarau,” ujarnya.
Dengan embung, kata dia, meski musim kemarau tidak lagi kesulitan mendapatkan air. Namun masyarakat tetap diimbau menghemat cadangan air hingga musim penghujan mendatang agar kebutuhan air dapat tercukupi.
Sementara itu, musim kemarau yang panjang telah menjadi tantangan serius bagi pasokan air di wilayah Kabupaten Kendal. Untuk mengatasi kekeringan dan memastikan ketersediaan air yang cukup bagi petani sekitar, warga memanfaatkan sumber daya lokal melalui optimalisasi embung.
Sebagai pemasok air, embung Sojomerto menjadi harapan utama petani mendapatkan air di musim kemarau. Di saat sejumlah areal pertanian kekeringan, sawah di Desa Sojomerto khususnya yang berada di sekitar embung Sojomerto justru terlihat hijau.
Petani bahkan menaman tanaman yang membutuhkan air yang banyak, seperti bawang merah dan mentimun. Petani tidak khawatir tanamannya menjadi kering atau kekurangan pasokan air.
Air di saluran irigasi memang menyusut bahkan mengering, namun petani di sini tetap mendapatkan pasokan air yang melimpah. Embung Sojomerto yang ada di wilayah perbukitan ini kondisinya masih penuh. Bahkan saat musim kemarau sekarang ini debit air di embung cukup banyak dan melimpah.
Sehingga petani di sekitar embung tidak perlu menggunakan mesin pompa untuk mengambil air dari embung. Mereka cukup menggunakan pipa ukuran besar, air akan mudah didapat dan bisa mencukupi kebutuhan tanamannya.
Seperti yang dialami Ahmad Wahid, petani di Kendal. Dia mengaku tidak pernah pusing dan khawatir kekurangan air. “Pasokan dari embung melimpah, sehingga hampir sepanjang tahun terus bercocok tanam tidak mengenal musim kemarau,” ujar Wahid.
Editor : Ahmad Antoni
embung lahan pertanian jawa tengah embung bansari musim kemarau petani pemprov jateng musim tanam
Artikel Terkait