Dia bahkan menanam bawang merah dan mentimun yang membutuhkan air dalam jumlah banyak. “ Saya tidak khawatir akan kekurangan, malah mentimum yang ditanam sudah mulai dipanen. Sementara tanaman bawang merah tinggal panen saja,” ujarnya.
Sementara Kepala Desa Sojomerto, Ridu Rimbawanto mengatakan embung yang dibangun 2016 ini sangat membantu petani untuk mendapatkan pasokan air di musim kemarau. Disaat saluran irigasi sekitar mulai kering, petani di desanya tetap mendapatkan pasokan air untuk tanamannya.
“Pemerintah Desa Sojomerto ke depan akan terus mengoptimalkan keberadaan embung dengan mengalokasikan anggaran pembelian mesin pompa, sehingga air dari embung dengan kapasitas tampungan 8.029 meter kubik ini lebih banyak dimanfaatkan petani yang jaraknya jauh dari embungSojomerto,” jelasnya.
Dia menyebut salah satu kunci keberhasilan optimalisasi embung ini adalah keterlibatan aktif komunitas. Warga setempat membentuk kelompok kerja bakti untuk merawat embung, mengorganisir kampanye penyuluhan dan menggalang dana untuk perbaikan embung. Kolaborasi antarwarga telah menjadi landasan kesuksesan inisiatif ini.
“Selain memastikan pasokan air yang stabil, optimalisasi embung juga membawa dampak positif lainnya. Ini mencakup peningkatan produktivitas pertanian, keberlanjutan lingkungan dan peningkatan kualitas hidup komunitas,” ujarnya.
Sementara itu, keberadaan embung Bansari seluas 1,5 hektare juga membawa manfaat bagi warga Desa Bansari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung.
Embung yang berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan air laut (mdpl) ini, selain menjadi destinasi wisata juga menjadi tabungan penyimpanan air warga.
“Keberadaan embung Bansari sangat membantu masyarakat sekitar, baik dari sisi membuka lapangan kerja maupun menghidupi pengairan tani,” ujar Arianto.
Editor : Ahmad Antoni
embung lahan pertanian jawa tengah embung bansari musim kemarau petani pemprov jateng musim tanam
Artikel Terkait