Langkah pertama, kata dia, Kementan melakukan maping terhadap wilayah yang diperkirakan akan rawan kekeringan maupun banjir serta melakukan pengawalan dan monitoring pertanaman pada daerah-daerah tersebut.
‘’Kedua, Pak Menteri Syahrul Yasin Limpo telah menginstruksikan kepada seluruh jajaran untuk saling meningkatkan koordinasi antar-instansi baik pusat maupun daerah terkait dengan upaya mitigasi dampak risiko dari bencana banjir maupun kekeringan,’’ ujarnya.
Sementara itu langkah ketiga terkait dengan kekeringan, kata Irwansyah, melakukan optimalisasi pemanfaatan sumber air seperti embung, bendungan, waduk, penggunaan pompa dan alat mesin pertanian (alsintan) untuk memitigasi kekeringan.
Sedangkan langkah mengatasi banjir dengan kegiatan normalisasi saluran penampungan air termasuk perbaikan embung, optimalisasi bantuan pompa sumur suntik serta kegiatan setara lainnya.
Keempat, Kementan mendorong para petani untuk memanfaatkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) atau asuransi pertanian, bantuan saprodi dan pemanfaatan lahan kering dan rawa.
‘’Sedangkan langkah terakhir, Kementerian Pertanian mengambil langkah penanganan dampak perubahan iklim seperti informasi perkiraan musim, optimalisasi kegiatan penerapan penanganan dampak perubahan iklim, monitoring dan evaluasi perkembangan banjir serta kekeringan,’’ ujarnya
Editor : Ahmad Antoni
perubahan iklim kementerian pertanian kementan anomali cuaca syahrul yasin limpo universitas indonesia
Artikel Terkait