KENDAL, iNews.id – Membatik biasanya menggunakan cara-cap dan canting. Tapi ibu-ibu di Desa Purworejo, Kecamatan Ringinarum, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah justru menggunakan limbah daun sebagai media dasar pembuatan batik alami.
Dengan menempelkan daun jati atau daun koropelik di atas kain, ibu-ibu mantan buruh migran ini mendapatkan motif dan warna pada kain di atas selembar kain putih. Lembaran daun jati ditata rapi di atasnya dan menghasilkan motif yang lebih alami.
Pembuatan batik dengan metode tempel daun dilakukan ibu-ibu mantan pekerja migran sebagai upaya pemberdayaan perempuan di desa setempat. Di bawah bimbingan Hikmah Fitria Prabandani, relawan inspirasi Rumah Zakat mengembangkan batik dengan metode ini.
Daun jati dan daun lainnya yang digunakan sebagai motif sekaligus bahan dasar pembuatan batik didapat dari sekitar rumah para pengrajin batik.
Proses pembuatan batik daun jati yang diberi label batik srikandi tidak membutuhkan waktu lama. Waktu yang diperlukan cukup lama hanya diperlukan saat mempersiapkan kain yang akan dibatik.
Pertama, kain putih sebelum di batik direbus terlebih dengan tujuan agar kain jadi lemas dan warna daun bisa melekat dengan baik.
“Setelah itu kain di angin- anginkan hingga kering baru daun jati maupu daun lainya diletakan di atas kain. Setelah daun jati di tata sesuai dengan kreasinya agar daun jati tidak berubah, separuh kain dilipat dan dilapisi plastik bening,” kata Hikmah Fitria Prabandari, pembuat batik daun.
Ia mengatakan, kain yang sudah diberi daun di lipat menjadi empat kemudian di gulung seperti membuat lontong. Setelah selesai di gulung baru di ikat menggunakan tali dan di rebus selama dua jam. “Setelah dua jam kain di ambil dan dibuka dari ikatan kemudian semua daun jati yang ditata dibuang,” ujarnya.
Menurutnya, agar warna alami daun tidak pudar dan luntur perlu proses penguncian dengan cara dicelup pada air yang sudah diberi cairan khusus. “Setelah itu kain di jemur di tempat yang dingin diusahakan tidak terkena sinar matahari langsung,” katanya.
Bagi para mantan pekerja migran, pembuatan batik ini bisa bersaing dengan batik lain dan mengenalkan batik Kendal. “Kalau di Pekalongan terkenal batik tulis dan batik cetak di Desa Purworejo terkenal batik alami dari daun jati,” ujar Hikmah.
Harga untuk batik hasil kerajinan emak-emak yang pernah menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri ini dibandrol dengan harga 200 ribu hingga 250 ribu rupiah.
“Pemasaran batik berbahan dasar limbah alam ini belum sampai merambah ke pasar nasional. Hingga saat ini, permintaan pasar masih sebatas pasar lokal Kendal,” ujarnya.
Terkait dengan kualitas batik yang diproduksi, banyak warga di desanya yang sudah memakai dan membuktikan sendiri bahwa batik yang diproduksi tidak luntur.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait