Ahda Al Faizu juga menyebutkan setiap hari mampu memproduksi 1.200 shuttlecock. Sedangkan rata-rata perbulan mampu memproduksi 10.000 shuttlecock.
Kebutuhan bahan baku mayoritas dari luar negeri. Karena ketersediaan bahan baku lokal belum bisa mencukupi.
“Produk shuttlecock saya sudah bersertifikat BWF dan PBSI. Semuanya ada datanya dari mulai kecepatan, temperatur, dan suhu ruangan ada semuanya,” ujar dia.
Produk IND Shuttlecock memiliki berat yang mengadopsi WBF yaitu 5,0 gram hingga 5,2 gram. Tapi untuk Indonesia sesuai standar PBSI beratnya 4,9 gram.
“Shuttlecock pruduk saya kita jual satu slof dari mulai Rp35.000 hingga Rp80.000,” tuturnya.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait