ujuh mata air di lereng Gunung Lawu yang dikenal dengan nama Sapto Tirto Pablengan ini dahulunya tempat Pangeran Sambernyawa menggembleng pasukannya. (Bramantyo)

Strategi perang gerilya di dapatnya saat menyantap bubur bekatul panas yang dihidangkan warga di perkampungan kecil di daerah Rembang di mana Pangeran Sambernyawa singgah untuk istirahat bersama pasukannya. 

Ketika akan menyantap jenang katul yang masih sangat panas, sang pemilik rumah menyarankan agar jangan memakan langsung dari tengah. Namun diawali dari pinggir memutar baru pas di tengah akan dingin.

Pangeran Sambernyawa merenung mendengar ucapan sang pemilik rumah. Tak lama kemudian saran dari pemilik rumah itupun dijadikan taktik perangnya. Di mana Pangeran Sambernyawa tak langsung menyerang ke pusat kekuatan VOC, namun dirinya menyerang pasukan kompeni dari arah pinggir seperti saat dirinya tengah makan bubur.

Strategi itupun berhasil, Raden Mas Said berhasil menebas kepala kapten Van der Pol dengan tangan kirinya. Padahal sebelumnya pasukan kompeni ini telah mengepungnya terlebih dahulu dari segara penjuru Kota Rembang.

Belanda sangat mengakui kehebatan Raden Mas Said, baik kesaktian, maupun strategi perangnya. Sampai akhirnya VOC menyebutnya Pangeran Sambernyawa karena musuhnya termasuk Kompeni sendiri menganggapnya sebagai  penyebar maut.


Editor : Ahmad Antoni

Sebelumnya
Halaman :
1 2 3

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network