Uniknya soko buatan Sunan Kalijaga, merupakan kumpulan kayu-kayu pendek atau disebut tatal yang diikat menjadi satu tiang. Demi pelestariannya, pemerintah telah membungkus soko tatal dari Sunan Kalijaga dengan kulit kayu.
Sedangkan pada bagian atap masjid berbentuk limasan segitiga yang menggambarkan iman, Islam, dan ihsan. Atap berundak ini menyimbulkan keterikatan iman manusia untuk bertemu Ilahi.
Wagiyo menuturkan, pelestarian masjid Islam pertama di Jawa ini dimulai sejak Tahun 1466 Masehi. Semula masjid tersebut masih berupa surau kecil Pondok Pesantren Glagahwangi, asuhan Raden Fatah.
Sejak Raden Fatah menjabat Adipati Notoprojo pada 1477 Masehi, masjid dipugar kembali menjadi Masjid Kadipaten Glagawangi dan pada tahun 1479 Masehi setelah Raden Fatah menjadi Sultan Demak Bintoro masjid kembali direhab menjadi Masjid Ageng Kasultanan Demak Bintoro.
Dalam perkembangannya, kata dia, pelestarian Masjid Agung Demak pada tahun 1883 sampai 1986 hanya khusus dilakukan untuk merehab empat soko guru utama lantaran sokoguru menggantung di atas air. Sehingga sokoguru tersebut dipotong dan diganti.
“Pemotongan sepajang tujuh meter dilakukan untuk sokoguru karya Sunan Kalijaga, Sunan Ampel, dan Sunan Bonang. Untuk sokoguru karya Sunan Gunung Jati hanya dipotong sepanjang empat meter,” ujarnya.
Editor : Kastolani Marzuki
ramadan 2019 masjid agung demak simbol toleransi beragama akulturasi islam demak walisongo sunan kalijaga
Artikel Terkait