“Oleh sebab itu kami sebagai warga asli Desa Wirun, anak-anak sebagai pelajar tingkat SD sangat senang sekali mengembangkannya nguri-uri seni tradisional daerah yaitu seni karawitan gamelan,” ujarnya. Dia berpesan kepada para siswa agar rajin berlatih karawitan.
Senada juga disampaikan Wiwit Haribowo, pelatih karawitan SDN 03 Wirun. Dia mengatakan kegiatan seni karawitan di sekolah bagian dari upaya melestarikan kesenian tradisional.
“Dengan melatih siswa maka ikut melestarikan budaya Jawa khususnya gamelan. Dengan melatih setiap hari, kelestarian budaya khususnya Jawa Tengah, tetap terjaga. Apalagi juga sering didatangi turis asing untuk menyaksikan karawitan anak-anak,” kata Wiwit.
“Karawitan menjadi kegiatan ekstra kurikuler yang diminati siswa. Saya sebagai pelatih ingin anak-anak mencintai kesenian tradisional bangsa sendiri,” katanya.
Sementara itu, budayawan Solo Bambang Irawan menyampaikan bahwa pelestarian gamelan bisa dimulai dengan menjadikan alat musik tersebut sebagai ekstrakurikuler di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat SD sampai SMA.
"Itu tidak terbatas sekolah negeri ya, sekolah swasta bahkan mungkin pondok pesantren, madrasah lalu sekolah Katolik menurut saya perlu memiliki gamelan," ujarnya.
Selain menjadikan gamelan sebagai ekstrakurikuler, pelestarian gamelan juga dapat dilakukan dengan menyelenggarakan berbagai lomba dan festival antarsekolah.
Menurutnya, gamelan juga bisa dikolaborasikan dengan budaya lain seperti menjadi salah satu instrumen dalam sebuah band, dan tentunya akan menjadi lebih menarik. Namun ia menilai SDM dan guru untuk mengajarkan gamelan masih kurang.
"Untuk mencapai ke sana juga tidak mudah, karena SDM-nya terbatas apakah SD ada guru kesenian yang bisa gamelan, ini memang menjadi PR pemerintah dan kita bersama," ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni
gamelan Kabupaten Sukoharjo pemprov jateng jawa tengah karawitan kesenian tradisional warisan budaya unesco pariwisata provinsi jawa tengah
Artikel Terkait