Sekali cetak bisa mencapai 500 lembar. Para pelaku menggunakan 11 mesin cetak yang diimpor dari Jerman dan kertas bahan uang yang didatangkan dari luar negeri.
"Alat yang digunakan semakin canggih, produk yang dihasilkan juga semakin bagus. Jadi uang palsunya memang sangat identik," ucapnya.
Adapun modus pencetakan dan peredaran upal oleh para pelaku, sudah menggunakan sistem marketing. Jadi ada yang mencetak, pengedar, kurir yang mencari pembeli dan membelanjakan secara langsung.
Selain itu, upaya mengedarkan uang palsu juga dilakukan dengan cara menjual dengan perbandingan Rp300.000 per Rp1 juta.
"Ada yang ditransfer melalui bank dan juga setor tunai. Yang jelas motif para pelaku adalah desakan kebutuhan ekonomi," ujarnya.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait