Salah satu kusir dokar di Pemalang yang saat ini masih bertahan adalah Tarno (60) warga Paduraksa. Dia sudah menjalani pekerjaan menjadi kusir sekitar tahun 1975, saat masih remaja.
"Dulu saat belum banyak kendaraan bermotor, narik satu hari cukup buat biaya hidup satu minggu. Sekarang tinggal nunggu rezeki dari orang yang masih mau menggunakan jasa angkutan dokar," kata Tarno di tempat mangkalnya di Pasar Paduraksa, Sabtu (14/1/2023).
Tarno mangkal di Pasar Paduraksa, mulai pagi hari guna menunggu para bakul (pedagang) yang biasanya membawa dagangan ke Pasar Pagi Kota Pemalang. Orang yang naik dokar merupakan pedagang yang masih setia menjadi pelanggannya.
Ketika penumpang dokarnya dirasa sudah cukup, Tarno memacu kereta kudanya menapaki jalanan aspal dari Paduraksa sampai Pasar Pagi Kota yang berjarak sekitar 6 kilometer.
"Sulit sekarang ndokar (narik dokar), sudah penumpang tak tentu, rumput dan bekatul buat pakan kudanya juga mahal," tuturnya.
Menurut Tarno, delman atau dokar di Pemalang Kota sekarang hanya tinggal beberapa unit saja. Mereka bertahan menjalankan profesi karena tak ada pilihan lagi.
"Tinggal beberapa saja, itu pun bingung karena tidak tahu mau kerja apa," ucapnya.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait