MALANG, iNews.id - Kertajaya penguasa Kerajaan Kediri sesumbar kerajaannya tidak bisa dikalahkan siapa pun, kecuali oleh Dewa Syiwa atau Bhatara Guru. Pernyataan ini menyebar ke Tumapel, wilayah bawahan Kerajaan Kediri hingga terdengar di telinga Ken Arok.
Mendengar hal itu, Ken Arok mulai mempersiapkan diri menaklukkan Kerajaan Kediri. Dia lantas mengambil nama Bhatara Guru. Nama itu sengaja dipakai untuk menyerang Kerajaan Kediri sebagaimana disarikan dari "Hitam Putih Ken Arok: Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan".
Rencana Ken Arok untuk menyerang Kerajaan Kediri memang sudah disusunnya jauh-jauh hari melibatkan emosi keagamaan. Strategi Ken Arok memanfaatkan kaum brahmana ini berhasil dengan mulus. Ken Arok pun semakin melancarkan gerakan adu domba, antara kaum brahama dengan Kertajaya. Apalagi Raja Kertajaya juga kian bertindak sewenang-wenang.
Ketika suasana semakin panas dan strategi yang dipersiapkan Ken Arok sudah matang, dia menggunakan nama Bathara Guru langsung mengerahkan seluruh pasukannya ke Kediri.
Prabu Kertajaya pun tak mau kalah. Dia mengerahkan pasukannya, terutama pasukan gajahnya yang sangat terkenal untuk mengadang prajurit Tumapel.
Bertemulah dua pasukan ini di kampung Genter. Desa Genter kemudian menjadi medan pertempuran Bharatayudha antara tentara Tumapel versus Kediri.
Genter menjadi adu kekuatan antara Ken Arok versus Kertajaya hingga di akhir peperangan besar itu, dua panglima andalan Kediri, Mahesa Wulungan dan Geber Beleman tewas.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait