Menurutnya, dr Mueen Kembali ke Gaza pada Agustus 2018. Sebab pada waktu itu, perbatasan Rafah sedang dibuka. Mueen membawa istri dan anaknya yang masih kecil sebanyak 6 orang.
Pada waktu itu, wisuda akan dilaksanakan pada bulan September. Purwoko sempat meminta Mueen agar pulang ke Palestina pada September sembari menunggu wisuda.
Namun, Mueen lebih mementingkan pulang ke negaranya daripada wisuda. Setelah Mueen pulang ke Palestina, ijazahnya diurus oleh Bulan Sabit Merah.
Mueen sebenarnya ingin menularkan ilmunya yang diperoleh di Indonesia kepada dokter lainnya di Palestina. Namun keinginan itu belum terlaksana karena sejak di Gaza hingga sebelum meninggal, ia terus bekerja di rumah sakit.
Setelah di Palestina, Mueen sering berkomunikasi dengan Purwoko dan mengabarkan jika dirinya bekerja di sebuah rumah sakit ibu dan anak.
‘Dia ngabari saya kalau setiap hari cesar 10-12 orang pasien setiap hari,” katanya. Dua menyebut anak-anak Mueen dan anak-anaknya akrab dan terkadang berkomunikasi melalui WhatsApp dan Instagram.
Dalam keseharian, dr Mueen selalu di rumah sakit dan berhari-hari tidak pulang. Sedangkan sebelum peristiwa terjadi, dr Mueen pada hari Sabtu menengok rumah yang ditinggali orangtuanya.
Sebab saat itu, di rumah tidak ada listrik,tidak ada air, dan makanan. Ketika hari minggu, rumah tersebut terkena bom. Sementara itu, keluarga dr Mueen berada di Rafa dan dalam kondisi sehat.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait