Juru Bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dr Tonang Dwi Ardyanto. Foto: Ist.

“Ibaratnya, imunitas bawaan seperti tentara garis depan. Dari lahir perlu dilatih, tapi untuk antibodi sifatnya baru ada ketika ketemu benda asing, entah virus atau bakteri. Nanti, ketika virus X masuk, antibodi kita mengenal, langsung hancurkan,” katanya.

Berkenaan dengan beragamnya varian baru Covid-19, ia menyebut semakin banyak mutasi yang dilakukan suatu virus, maka tingkat keganasannya semakin berkurang.

Namun, ia meminta masyarakat  tidak lengah. Sebab, walau tingkat keganasan varian baru Covid-19 dinilai akan berkurang, namun potensi penularannya tetap ada.

Dirinya tidak ingin kembali terjadi membludaknya antrean RS seperti pada bulan Juni-Juli lalu, ketika Covid-19 varian Delta menyebar.

“Dalam konsep teoritis alamaiah ketika virus semakin cepat menular, maka biasanya akan disertai dengan penurunan tingkat keganasan. Terbukti sebenarnya Delta kecepatan menularnya tinggi, beberapa negara angka kematian karena Delta sebenarnya lebih rendah. Persoalannya nanti kalau yang tertular banyak, RS tidak mampu menampung,” katanya. 

Sementara itu, dosen FK UNS lainnya, dr Hendrastutik Apriningsih mengatakan, mutasi merupakan suatu kebutuhan dari virus untuk tetap dapat hidup.


Editor : Ary Wahyu Wibowo

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3 4
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network